WPdotCOM — Pengalaman sebagai pendidik tentu saja sangat beragam. Berbagai karakter siswa sudah pernah saya hadapi. Pada umumnya siswa Sekolah Dasar ini masih sangat membutuhkan perhatian dari guru. Oleh sebab itu pembelajarannya diberlakukan dengan sistem guru kelas.
Sebagai guru kelas, saya sangat memperhatikan semua siswa. Bahkan, secara individu pun saya tahu perkembangannya, terutama dalam bidang akademik, minat, serta bakat yang mereka miliki. Pada umumnya mereka lebih tertarik dalam bidang non akademik, diantaranya pelajaran Kesenian dan Olahraga.
Biasanya pada pelajaran yang paling disukai, siswa akan lebih giat belajarnya. Namun apabila pelajaran yang tidak mereka sukai, akan ditinggalkan atau enggan untuk menekuninya. Bahkan apabila diberi tugas atau PR, kadang-kadang tidak mengerjakan dengan alasan lupa atau ketinggalan.
Pada umumnya mata pelajaran yang tidak mereka sukai diantaranya Bahasa Indonesia. Dalam benak saya bertanya, mengapa pelajaran Bahasa Indonesia tidak disukai oleh siswa? Ternyata tidak hanya siswa sekolah dasar saja yang tidak menyukai mata pelajaran ini. Informasi yang saya terima dari teman-teman guru mulai sekolah dasar sampai sekolah lanjutan masalahnya sama.
Minat baca siswa bisa dikatakan memang sangat rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah kebiasaan yang ada di keluarga. Keluarga sangat penting perannya bagi siswa, bila di keluarga, dalam hal ini orang tua yang membiasakan diri untuk membaca, maka anak akan terbiasa membaca juga.
Sarana di sekolah tak kalah pentingnya untuk menarik minat baca anak. Perpustakaan yang memadai menjadikan anak termotivasi untuk gemar membaca. Selain itu, pemerintah seharusnya memperhatikan masalah minat baca anak dengan memberikan sarana Perputakaan Keliling. Bukan hanya anak-anak yang bisa membaca, namun seluruh mayarakat akan ikut menikmati. Dengan demikian harapan saya sebagai pendidik kebiasaan membaca bisa memasyarakat.
Selain dampak dari bimbingan keluarga, kemajuan yang semakin canggih menjadikan anak malas membaca bahkan menulis. Dari pada menulis lebih baik mereka mengetik di media sosial. Mereka malas membaca buku, karena lebih tertarik apa yang terdapat di media sosial. Kadang-kadang saya khawatir dengan anak-anak, karena hampir semuanya memiliki telepon seluler. Seusia mereka masih belum punya filter dalam mengakses internet, seharusnya dalam penggunaannya masih perlu pendampingan.
Kebiasaan-kebiasaan berefek negatif tersebut, sangat mempengaruhi hasil ujian akhir, yang mana pelajaran Bahasa Indonesia kurang bisa dicapai dengan hasil maksimal seperti mata pelajaran yang lain. Sebagai guru, tentunya sangat berharap dan terus berupaya agar siswa punya minat yang besar untuk membaca. Karena hal ini akan membantu mereka untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Membaca sangat diperlukan oleh siswa untuk semua mata pelajaran.
Pembiasaan membaca dapat memunculkan ide-ide baru yang sebelumya tidak pernah terpikirkan. Jendela dunia akan bisa kita buka dengan gemar membaca, yang pada akhirnya kita bisa mendapatkan berbagai informasi dari membaca.
Penulis: Sri Astutik (Guru SD Negeri Kasin, Kota Malang)