WPdotCOM — Agustus tahun 2017 ini usiaku bertugas menjadi guru genaplah 3 tahun 2 bulan. Selama 3 tahun ajaran lalu aku mendapat amanah menjadi wali kelas 5B. Aku sangat menikmati hari-hariku sebagai guru muda.
Selama aku berada di sekolah tercinta ini, pergantian kepala sekolah terjadi 3 kali. Entah rahasia apa yang tersembunyi di balik angka 3 ini.
Berawal dengan pergantian kepala sekolah yang ke-3 di tempatku mengajar, ada beberapa hal pembaharuan untuk menjadi lebih baik. Salah satu perubahan tersebut yaitu SK pembagian tugas mengajar. Tahun ini aku mendapat amanah baru untuk menjadi guru kelas 6B.
Aku pribadi merasa masih banyak kekurangan, berbagai alasan aku sampaikan kepada kepala sekolahku. Mulai dari alasan masa kerjaku yang masih seusia tanaman jagung yaitu 3 bulan saja. Sampai alasan bahwa aku masih belum bisa menyiapkan mental anak kelas 6 di gerbang akhir pendidikan dasar.
Tulisan di SK yang berbunyi Guru Kelas SD sedikit membuatku tersentuh. Aku maknai kalimat itu bahwa aku harus siap mengajar kelas berapa pun. Mulai kelas 1 yang masih lucu-lucu sampai kelas 6 yang hampir menjadi manusia remaja.
Motivasi demi motivasi pun berdatangan dari teman-temanku di sekolah. Mereka memberikan semangat-semangat baru untukku. Gambaran-gambaran menjadi guru kelas 6 terkadang membuatku takut. Cerita itu terdengar seram. Ku awali tugas baru ini dengan “Bismillahirrahmanirrahim”.
Hari pertama masuk sekolah membuatku dagdigdug. Kulihat tulisan namaku terpampang di kaca ruang kelas 6B. Tersusun pula nama deretan nama murid-muridku yang semuanya berjumlah 23 anak.
“Alhamdulillah,” ucapku dalam hati. Murid-murid tersebut merupakan muridku saat kelas 5 yang lalu. Ternyata tahun ini spesial, untuk siswa yang naik di kelas berikutnya tanpa melalui acakan seperti tahun sebelumnya.
Berawal dari deretan nama mutiara-mutiaraku terdahulu yang sekarang menjadi milikku lagi, aku bagai mendapat angin segar. Harapan yang muncul kala itu hanya satu aku harus memberikan yang terbaik bagi mereka. Ku sapa mereka dengan senyumanku.
Hari-demi hari kulewati. Setiap waktu ada temuan-temuan dan kejadian baru di kelasku. Meskipun aku sudah mengenal mereka ada beberapa hal yang belum kutemui saat kita bersama di kelas 5.
Saat itu bertepatan dengan tanggal 9 Agustus 2017. Siswaku ada yang merayakan hari lahir. Nadia Aisyah Agustin, begitu nama lengkapnya. Namun, ia biasa dipanggil Ais. Seperti biasa di akhir pembelajaran aku membawanya ke depan kelas untuk diberitahukan kepada teman-temannya.
Ada yang medoakan agar tidak cerewet lagi, menjadi penceramah, taat dan patuh kepada orangtua, tidak bogang, menjadi lebih gendut. Satu doa yang membuatku terharu. Ada anak yang medoakan semoga menjadi ustadzah dan bisa naik haji. Begitu mulia doa kalian anak-anakku. “Semoga Allah SWT memberikan balasan yang sesuai dengan apa yang kamu doakan kepada temanmu,” begitu ucapku saat itu.
Aku belajar arti tulus dari mutiara-mutiaraku. Secara tidak langsung hal ini yang membuatku merasa termotivasi. Harusnya bisa kujalani amanah baru ini dengan tulus. Tidak perlu pula aku mengeluh. Karena itu hanya akan membuatku berpikir berat. Semoga aku bisa menjalani amanah ini dengan aliran ringan saja. Aamiin…
Penulis: Dwi Ana Lestari, S.Pd. (Guru SD Negeri Tunjungsekar 3 Kota Malang)