WPdotCOM — Terbelalak mata ini melihat postur tubuhmu, membuatku bertanya-tanya mengapa kau masih ada di sini? Harusnya kau telah bersama teman-teman seusiamu di sekolah sana. “Oh, anakku. Apa yang telah terjadi dengamu selama kau berada di sini?”
Aku guru yang baru datang dari sebuah sekolah pinggiran. Mendapat tugas baru di SD yang lebih banyak jumlah muridnya, ternyata banyak juga masalah yang harus segera mendapatkan pertolongan. Diantara sekian banyak persoalan, yang membuat aku tersentuh adalah keberadaan seorang anak. Dengan postur tinngi besar berusia 16 thn lebih masih duduk di kelas 5 SD. Secara akademik dia termasuk anak yang tertinggal di kelas, tetapi memiliki tingkat kenakalan lebih, sehingga sering mengganggu kelas dan sekolah dengan kelakuan-kelakuan buruknya
Apa yang harus aku lakukan bila persoalan ini ada di depan mata? Agar si anak mendapat ijazah SD saja. Awal, yang harus di olah adalah orang tuanya. Aku panggil mereka berdua untuk klarifikasi tentang apa yang terjadi dengan anak dan keluarganya
Hasil klarifikasi, si anak tumbuh dan hidup dalam kluarga yang pincang. Ibunya sangat menyayangi, melindungi, mengasuh dengan penuh kasih sayang. Berbeda dengan bapaknya, mengasuh dengan penuh kekerasan. Setiap kesalahan si anak di hukum dengan sangat keras, sehingga si anak tidak dapat menyampaikan keluh kesah hatinya kepada bapaknya yang seorang peminum dengan tubuh penuh tatto dan bergiwang.
Pola pengasuhan yang demikian membuat si anak mencari jati dri dengan sering membuli teman-temanya, merokok, melawan guru, mengganggu proses pembelajaran dan kelakuaan-kelakuan lain yang membuat hati miris. Bisa di gambarkan bertubuh tinggi, besar, berambut ala punk di cat warna coklat, suara keras dan berat krn perokok. Ditakuti teman-temanya sampai ada sebagian guru yang takut kepadanya
Hati ini berkata, aku harus menjadi orang yang berwibawa dihadapan si anak. Agar tujuanku, si anak memperoleh ijazah SD dapat terwujud. Kudekati mereka dengan ketulusan, kasih sayang yang tegas, kusampaikan maksud akan menolongnya agar cepat lulus dan tidak tinggal kelas lagi. Dengan berjalannya waktu, melalui perubahan pengasuhan di sekolah oleh semua gurunya, maupun di rumah oleh kedua orang tuanya, tampak perubahan yang signifikan. Berubah pola lakunya, penampilanya dan mengalami kemajuan hasil akademiknya.
Alhamdulillah, semoga apa yang kulakukan menjadi kebaikan bagi anak didikku. Dan setiap amalan yang kuperbuat ini, mendapat ridha Allah SWT.
Penulis: Dyah Purnamastuti Ningrum, M.Pd. (Kepala SD Negeri Bandungrejosari 2 Kota Malang)