WPdotCOM – Tidak ada yang instan dalam hidup. Segala sesuatu yang ingin kita dapat, harus kita perjuangkan. Kita tidak akan mendapatkan apapun tanpa disertai usaha yang berarti. Ketika kita terjatuh, maka kita harus bangun dan kembali melangkah, serta terus melangkah.
Sebagai manusia, kita tidak selalu bisa memiliki apa yang ingin kita miliki. Namun, kita pasti akan mendapatkan yang lebih baik sesuai dengan kapasitas kita. Pada sisi lain, hidup adalah sebuah arena bagi manusia untuk bertarung, agar dapat merebut kebahagiaan dalam berbagai wujud. Ketika kita menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah menyerah, maka kemenangan itu pasti akan menjadi milik kita.
Sebagai orang yang punya kepribadian, janganlah hanya menerima belas kasihan orang lain, tunjukkan kemampuanmu sampai bisa mencapai apa yang kamu mau inginkan.
Seperti halnya kita mengajar siswa kita, penuhilah semua yang diinginkan. Jangan memaksakan kehendak sendiri, lakukan yang terbaik bagi kelangsungan belajar siswa, agar pendidikan kita bisa maksimal.
Dunia pendidikan saat ini, butuh para pejuang pendidikan yang tidak kenal kata menyerah. Pendidikan negeri ini hanya bisa maju, bila diisi oleh pelaku-pelaku yang bertanggungjawab. Menjadi pendidikan profesional, bukan saja dalam makna sebagai guru yang harus terus menerus menimba ilmu kependidikan, namun lebih pada kemampuan mengendalikan diri untuk menjadi sosok dan pribadi teladan di tengah-tengah peserta didik.
Siapa yang tidak pernah merasa gagal? Semua guru akan pernah merasakannya. Gagal mendidik siswa yang akhirnya mendapat nilai rendah di bawah kriteria ketuntasan, dialami banyak guru dimanapun.
Namun itu bukanlah alasan untuk bermalas-malasan dan memposisikan diri sebagai orang yang gagal. Kegagalan adalah jalan penentu kemajuan berpikir, ide akan lebih kreatif agar tidak lagi berada di garis yang akan berujung kegagalan.
Jadilah guru, untuk digugu dan ditiru. Jadilah guru sekaligus pendidik kerpibadian, yang mampu memberi contoh bagi setiap peserta didik untuk dijadikannya ukuran kematangan dan kedewasaan.
Penulis: Untung Supriyono (Kepala SD Negeri Lowokwaru 4 Kota Malang)