Membangun Jiwa Entrepeneurship di Kalangan Peserta Didik Tingkat Dasar

WPdotCOM — Sekolah memiliki peranan yang sangat vital. Selain mendidik para generasi peneus bangsa, juga untuk mengatasi masalah pengangguran yang tinggi di Indoneia.

Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat pengangguran tinggi, dengan rata-rata penghasilan masyarakat rendah.  Salah satu faktor penyebabnya, yaitu adanya ketidakseimbangan jumlah lulusan sekolah dengan lapangan kerja yang tersedia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 131,55 juta orang.

Banyak faktor yang menyebabkan masalah pengangguran menjadi sulit teratasi. Salah satu penyebabnya antara lain, 1) tingkat pendidikan masyarakat Indonesia masih rendah. Hal ini menyebabkan rendahnya daya saing tenaga kerja Indonesia  dibanding dengan tenaga kerja dari luar negeri. 2) banyak masyarakat Indonesia yang lebih tertarik bekerja di zona aman sebagai Pegawai Negeri sipil (PNS). Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah peserta yang mengikuti tes CPNS dari pada membuka usaha sendiri.  3) jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduk tidak berimbang.

Tingkat pengangguran dapat terus di tekan jumlahnya apabila didukung oleh pemerintah, masyarakat,  serta melakukan pembenahan di bidang pendidikan. Sekolah Dasar sebagai ujung tombak terbentuknya karakter siswa, diharapkan dapat  menanamkan  jiwa kewirausahaan sejak dini. Dimana nantinya diharapkan akan mampu melahirkan generasi yang mandiri, kreatif, ulet, tekun dan pantang menyerah.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional, yang memasukkan kurikulum pendidikan kewirausahaan di lembaga pedidikan (Depdiknas, 2005) menyebutkan, konsep kewirausahaan terintegrasi sejak anak didik duduk di bangku sekolah dasar, hingga perguruan tinggi. Pendidikan kewirausahaan membekali peserta didik untuk mandiri dan tidak berorientasi menjadi pencari kerja melainkan pembuka lapangan pekerjaan.

Sejalan dengan hal tersebut, SDN Bandungrejosari 2 Malang yang di kepalai oleh Dyah Purnamastuti Ningrum M.Pd, memasukkan kewirausahaan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikannya dengan menjalin kerjasama yang sangat baik dengan beberapa dunia usaha sebagai mitra dan narasumber bagi siswa.  1) kerjasama dengan bu Widji sebagai owner pabrik raket terbesar di jalan Klayatan, 2) menjalin kemitraan dengan bu Dhia Suprianti sebagai owner Abon dan Cookies dengan brand D’Varo, yang sudah di pasarkan di beberapa wilayah di Jawa Timur dan Daerah Istimewa Jogjakarta.  3) Home Industri Telor Asin dengan brand Telor Asin “Masir.” 4) Abon Lele di jalan Klayatan yang sudah cukup ternama di hampir seluruh pulau Jawa, bahkan sudah ekspor ke luar negeri.

Kegiatan pembelajaran dengan mendatang owner mitra sebagai narasumber, mampu memberikan motivasi yang sangat luar biasa pada siswa. Dan siswa sangat antusias setiap kali melakukan kegiatan kewirausahaan bersama mitra.

SDN Bandungrejosari 2 Malang, selain menjalin kerja sama dengan dunia usaha dalam rangka turut serta mencetak generasi emas yang nantinya dapat mandiri sebagai bekal membuka usaha sendiri di kemudian hari, juga sebagai perwujudan gerakan Penguatan Pendidikan Karakter ( PPK ) yang di dalamnya terdapat 5 nilai utama. Salah satunya nilai karakter mandiri, yang merupakan sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain, dan mempergunakan segala tenaga, pikiran waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita cita.  nSubnilai kemandirian antara lain etos kerja, tangguh, tahan banting,daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam kajian dan pedoman Penguatan Pendidikan Karakter – 2016 :8 ).

Penulis: Dhia Suprianti (Guru SD Negeri Bandungrejosari 2 Kota Malang)

Blibli.com
Blibli.com

Tinggalkan Balasan