WPdotCOM — Semua berangkat dari sebuah lelucon di pagi hari ketika pada pukul 05.00 ada bunyi ‘klenting’ yang terdengar dari handphone yang sedang dicharge.
Awal mulanya sih tidak begitu tertarik untuk membuka hape, karena masih seru nonton televisi yang lagi memberitakan tentang pertandingan Arema kemaren. Baru setelah berita itu selesai saya membuka handphone, dan ternyata ada chat di salah satu grup yang isinya memberitahukan bahwa nanti siang akan diadakan shodaqoh atau santunan terhadap anak yatim dalam acara peringatan Assyuro atau orang jawa biasa mengenalnya dengan sebutan “suroan”.
Terjadilah sebuah lelucon yang awalnya memang sengaja saya timbulkan, agar kita (anggota grup) yang membaca biar ketawa dan mungkin bisa membangunkan mereka yang lagi atau asyik tidur. Benar saja, hampir selama 30 menit handphone itu tak berhenti berbunyi bersahutan.
Ada sebuah lelucon yang awalnya saya anggap bercanda dengan saya bertanya kepada teman saya. Sebut saja Mawar namanya, apakah shodaqohnya hanya berbentuk uang? Setelah itu teman saya menjawab “memangnya mau shodaqoh apa?” Dengan bercanda pula saya menjawab “kate sodhaqoh ilmu, oleh ta?” Sesaat setelah saya menulis itu langsung banyak dari teman-teman saya yang membalas dan berkicau dengan bahasannya masing-masing. Bahkan ada salah seorang teman saya yang langsung memanggil saya dengan sebutan “mbah nyai lutfi”.
Semakin lama chat yang ada di grup itu semakin ramai membicarakan omongaan saya. Lantas, akhirnya saya menjawab dengan bercanda lagi, “bukankah keberkahan yang hakiki adalah ketika dimana mampu berbagi ilmu dan menularkan ilmu kepada segenap kaum muslimin dan muslimat?”
Setelah itu, percakapan di grup itu saya tinggal untuk segera bergegas berangkat ke sekolah. Pada saat tiba di sekolah saya kembali membaca dan melihat chat yang tadi saya tulis. Namun tiba-tiba saya terfikir dengan apa yang saya ucapkan tadi, bahwa ternyata apa yang saya jadikan lelucon tadi memiliki makna yang benar-benar baik. Sejak saat itu saya sadar, dari bercanda pun kita bisa mendapatkan ilmu, dan tak selamanya candaan itu harus melulu berbicara yang omong kosong.
Penulis: M. Lutfi Isyabillah (Guru SD Negeri Bandungrejosari 2 Kota Malang)