
WPdotCOM — Mengajar dan mendidik, mempunyai dua pengertian yang sangat berbeda. Mengajar adalah aktifitas sadar dari seorang dewasa untuk menyampaikan materi/ilmu yang dia miliki pada orang lain, yang disebut murid.
Aktifitas ini dilakukan tanpa ada keterlibatan untuk pengubahan sikap atau perilaku orang, atau proses peanaman norma yang harus dikuasai oleh peserta pembelajaran. Beberapa ahli mendefinisikan tentang mengajar, seperti yang disampaikan oleh Dr. Rasto, M.P, bahwa mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar.
Sementara itu Arifin (dalam Syah; 1978), mendefinisikan mengajar sebagai suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid, agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran. Mengajar adalah melakukan serangkai kegiatan yang sangat komplek, yang menyebabkan dapat terjadinya aktifitas belajar oleh siswa.
Sedangkan Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional), mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak, yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Jika mendidik, di dalamnya disertai segala aktifitas untuk membuat peserta didik mau menerima apa yang disampaikan dengan rela hati. Di dalam aktifitas mendidik, biasanya seorang guru melibatkan rasa, emosi, dan kasih sayang.
Pada prosesnya, seorang pendidik benar-benar merasa empati terhadap peserta didiknya. Dalam proses menyampaikan pendidikan, perlu melibatkan semua aspek budi pekerti dan jasmani. Atau boleh dikatakan, harus melibatkan segala olah pikir dan olah rasa. Sehingga hubungan yang terjalin tidak hanya hubungan setatus sebagai seorang yang mentransfer suatu ilmu. Namun lebih dari itu, yaitu menyampaikan segala ilmu, norma dan agama yang harus dikuasi oleh peserta didik.
Karena itu, makna dari mendidik dan mengajar sangat berbeda. Hal ini memungkinkan juga memberikan dampak hasil yang berbeda juga. Jika seorang guru ketika berada di dalam kelas, berfungsi sebagai pendidik atau sebagai seorang pengajar.
Nampaknya pengertian aktifitas mendidik cakupanya lebih luas dari pada mengajar. Karena mendidik melibatkan budi pekerti, pikiran dan jasmani, maka seorang pendidik akan sangat mudah menyampaikan ilmu atau transfer ilmu kepada peserta didik, jika peserta didik tersebut juga empati kepada pendidiknya.
Wujud cinta kasih dan kasih sayang, juga rasa empati yang ditunjukkan oleh seorang pendidik, akan diterima siswa dengan hati yang empati pula. Dengan adanya rasa empati yang dimiliki oleh siswa terhadap pendidiknya, dalam hal ini seorang guru, maka guru akan lebih mudah untuk mentransfer ilmu untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak yang selaras dengan alam dan lingkungannya. Dengan rasa cinta kasih dan empati yang dimiliki oleh siswa terhadap gurunya itu pula, maka akan memudahkan keberlangsungan proses pendidikan.
Kadang guru sebagai pendidik dan pengajar sering dihadapkan pada rasa kesal ataupun jengkel dengan kondisi yang terjadi pada peserta didik. Ada yang sulit memahami apa yang diberikan, peserta didik yang sering mengabaikan tugas yang ada, atau mungkin juga anak didik yang jauh menyimpang sikapnya dari apa yang diinginkan. Namun dengan rasa empati dan kasih sayang sebagai dasar dalam mendidik, akan memudahkan seorang pendidik dalam menyampaikan materi atau pengetahuan kepada peserta didiknya. Maka sangatlah penting arti rasa empati dan kasih sayang harus selalu dimunculkan pada saat kita mendidik siswa atau peserta didik.
Penulis: Helina Tusa Adiyah (Kepala SDN Bunulrejo 4 Malang)