
WPdotCOM — Dunia pendidikan merupakan barometer keberhasilan suatu bangsa. Karena, melalui pendidikanlah generasi akan terus dibentuk.
Berbagai dinamika dunia pendidikan terus bergulir seiring perkembangan zaman. Masih hangat dalam fikiran, berbagai elemen dan stakeholder pendidikan terus melakukan inovasi, mulai dari perubahan sistem hingga kurikulum nasional. Semua dituntut sinergis dalam menyokong pertumbuhan pendidikan nasional.
Salah satu elemen terpenting dalam dunia pendidikan yaitu, guru selalu dituntut untuk berinovasi mengikuti dinamika dunia pendidikan. Namun realita kadang kala masih jauh dari ekpektasi. Dunia pendidikan terus dituntut untuk berkembang tapi produktivitas guru atau para pendidik Indonesia, belum berbanding lurus dengan tuntutan zaman.
Hal tersebut sejalan dengan pemaparan pengurus Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Isnaini yang dimuat di Antaranews Kalsel pada Selasa, 1 November 2016 silam. Ia mengatakan, bahwa seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan menulis, terutama dalam menyelesaikan tugas yang menjadi kewajibannya.
“Kita menyadari sampai saat ini kemampuan menulis bagi guru sangatlah jauh dari harapan yang dicita-citakan oleh pemerintah,” paparnya.
Begitu jauh kesenjangan yang terjadi, namun bukan berarti kita harus berpangku tangan. Berbagai macam gagasan telah banyak ditawarkan untuk mengatasi masalah-masalah pendidikan, terutama dalam hal peningkatan mutu para pendidik. Mulai dari kebijakan secara kedinasan, yaitu dengan mempersyaratkan para pendidik yang berstatus ASN (Aparatur Sipil Negara), untuk memenuhi angka kredit minimal sebagai syarat untuk kenaikan tingkat/ golongan.
Salah satu aspek yang harus dipenuhi oleh para pendidik di dalam angka kredit ini adalah, adanya bukti telah melaksanakan pengembangan diri melalui pelatihan atau workshop. Melalui pengembangan diri pendidik, diharapkan terbentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkuliatas dan kompetitif. Sehingga nantinya mampu menciptakan pendidikan yang berkualitas di Indonesia dan dihargai dimata internasional.
Namun tidak serta merta hal tersebut berjalan mulus di lapangan. Pada kenyataannya, seringkali pengembangan diri itu hanya dijadikan sebagai syarat semata-mata untuk mencapai target kenaikan tingkat, bukan menjadi tujuan yang ditanamkan dalam diri sendiri sebagai bahan untuk menjadi pendidik yang berkualitas.
Hal tersebut dibuktikan dengan minimnya produktivitas guru terutama di daerah-daerah. Sudah saatnya pendidikan terus berbenah dalam berbagai aspek. Tidak hanya pendidik dijejalkan dengan pelatihan sebagai syarat untuk jenjang karir, seyogyanya pendidik juga diberikan pelatihan berupa ESQ untuk perubahan yang tidak hanya melekat dalam selembar sertifikat tapi goalnya menjadi perubahan interpersonal yang akan berimbas pada kualitas seorang pendidik profesional.
Penulis: Masrifah (Guru SD Negeri Purwodadi 3 Kota Malang)
