WPdotCOM — Alhamdulillah, sebuah timeline muncul di grup staff. Tawaran untuk menghitung PAK, menyusun KTI dengan menerbitkan buku, costnya 450 ribu. Nggak masalah karena musim TPP cair.
Tapi siapa yang mau ikutan? Subhanallah, Kepala Sekolah yang cantik dan baik hati justru memberi tawaran mengkomodir para staff. Puji syukur ya Allah, Kau fasilitasi kebutuhanku dengan kondisi ini.
Rencana belajar menghitung PAK, menyempurnakan PTK, bikin pedoman guru, sepertinya terealiasi tahun ini modal maju ke 4B. Harusnya mulai berbenah untuk menyiapkan semuanya begitu mendengar kabar ini. Tetapi kejadian klise kok ya tetap terjadi, dan terjadi lagi. Maklum, ternyata penyakitku ibu yang kekanak-kanakan selalu kambuh. Sampai pada akhirnya tiba hari ini Jumat, 22 Desember 2017 workshop ini kuikuti dengan modal kepala blank out.
Nara Sumber yang adalah Nova Indra, sekaligus owner dari P3SDM (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia) dengaan energi positif membangun pencerahan di belantara tulis menulis. Bertemu dengan narasumber, ternyata aku mulai dapat membedakan beberapa jenis artikel, bahkan kedudukan PTK dari berbagai sudut pandang.
Ternyata goal dari workshop ini adalah pembimbingan sampai selesai satu karya. Wow luar biasa, alhamdulillah. Dan yang lebih membanggakan begitu banyak hal-hal yang selama ini membingungkan di liku-liku penulisan, terutama alur publishing suatu buku diperoleh dari kegiatan ini. Apakah memang betul-betul sepanjang itu alurnya ???? Semoga dengan ikut kegiatan ini, belajar nulis merupakan salah satu resolusi 2018, dan menjadi sebuah produk bukan sekedar resolusi itu sendiri.
Kini tinggal mengumpulkan bahan bakar semangat untuk memotivasi diri. Mendengar narasumber memaparkan materi memberi sebuah kesimpulan sementara, bahwa ternyata menulis itu hal yang simpel, bahkan konon bisa membuat ‘sakaw’ penulisnya jika aktifitas itu terlewati. Tapi, betulkah menulis itu simpel dan mudah, semudah yang disampaikan narasumber?
Selaku guru yang hampir 2 dekade mengajar, ternyata hari ini saatnya untuk mentertawai diri sendiri. Karena selama itu jadi guru yang dilakukan hanya membaca tanpa pernah menulis. Padahal jadi guru yang terpenting awalnya adalah mengajar baca tulis. Berarti ada kesalahan fatal kalau saya menuntut siswa yang nggak pinter menjadi pinter ternyata gurunya saja nggak pernah nulis . Karena mungkin dengan menulis, adalah salah satu feedback untuk perbaikan menjadi guru.
Hanya yang menjadi pertanyaan dalam hati, aura dan energi positif untuk memerdekakan jiwa melalui kegiatan menulis ini, sampai kapan mampu bergelora? Semoga saja terus menjadi bagian dari diri ini. Demi sebuah resolusi diri dan tanggungjawab pada profesi.
Penulis: Umi Kulsum (Guru SMP Negeri 26 Kota Malang)