Menulis itu Seperti Menggambar, Tidak Perlu Bakat Sama-sekali

ARTIKEL ILMIAH43 Dilihat

WPdotCOM– Ketika membaca pesan singkat di group Progli TIK, timbullah ketertarikan. Akhirnya kegiatan itu pun menjadi pilihan untuk  diikuti.

Apalagi dengan embel-embel kepastian 30 hari dapat menyelesaikan sebuah karya. Bisa buku atau pun publikasi ilmiah lain.

Hari Minggu menjadi waktu pelatihan menulis. Sedikit was-was, karena hari tersebut adalah saat dimana kita sekeluarga meluangkan waktu untuk bersama.  Terbayang muka cemberut ketika hak harinya dirampas demi kepentingan diri.

Beberapa saat kemudian, sebagai yang merasakan bertanggungjawab pada kecemberutan mereka, info lengkap pun harus diberi, dan mereka memaklumi.

Datang pukul 09.00 berbarengan dengan teman dari sekolah lain. Sambil bercanda “lho, melok pisan”. “Buat variasi” kataku.

Karena peserta masih sedikit, kami mencoba mencari-cari buku yang mungkin bisa dibeli. Kemudian kembali ke tempat pelatihan, dan acara pun dimulai.

Awal yang menarik dipaparkan sang pemateri, beliau bergerak di dunia tulis-menulis mulai sejak lama. Si pemateri menyampaikan, menulis tidak perlu bakat, menulis aja katanya. Kegiatan menulis hampir sama dengan kegiatan menggambar, seperti yang pernah penulis dapati.

Narasumber pun kemudian membagikan lagi kiat yang lain. Diantaranya karya original, jangan pernah malu untuk malu-maluin kalo bisa, membangun kebiasaan, seperti belajar berenang nyebur aja, teori sambil menyelam.

Hmmm… ternyata hampir sama dengan keterampilan yang lain. Kegiatan menulis dimulai dengan ‘ala bisa karena biasa.’  Kita bisa menulis jika terbiasa dengannya.

Untuk orang Jawa, perlu satu jurus tambahan supaya bisa ala bisa karena biasa yaitu jurus The Power of Kepepet, atau jurus “lek gak utang ra duwe” dipaksa dulu. Setelah terbiasa maka langkah selanjutnya adalah “Practice Makes Perfect.” Latihan terus-menerus, maka semakin sempurna tulisan kita.

Ada yang menarik tentang belajar yang dulu pernah didengar. Ketika kita belajar sendiri maksimal potensi kita hanya 80%. Sedangkan ketika kita belajar berkelompok, nambah 20% yang akan kita dapatkan.

Hal ini jugalah yang mendorong untuk ikut kelompok menulis. Kemudian ketika sudah terbiasa, maka menulis menjadi sebuah kebiasaan yang melekat sehari-hari. Dan pada akhirnya “kebiasaan adalah bakat kedua kita.

Ketika waktu makan siang, ada yang menarik disampaikan oleh pemateri. “Setelah materi ini selesai, bapak ibu akan melakukan ishoma dan melengkapi biodata. Kemudian bapak ibu diminta untuk menulis sebuah komitmen yang ditulis sendiri oleh peserta. Isi komitmennya, kita akan menyelesaikan apa yang ditargetkan dengan dibimbing oleh P3SDM Melati.” Sebuah akad, meskipun kecil menjadi landasan berkegiatan.

Sebuah kontrak kerja, goal. Teringat pada komunitas yang sebulan lalu diikuti Sukses Berkah Community (SBC). Komunitas pengusaha muslim untuk saling berbagi dalam kegiatan berbisnisnya. Materi pertama yang berikan GROW (Goal Reality Option Will). Tujuan menjadi sebuah kompas untuk mengukur, mengevaluasi kegiatan yang kita lakukan.

Pada hari minggu 28 Januari 2018,  di toko buku  Togamas kota Malang ini, akan menjadi ukuran untuk melakukan kegiatan menulis.

Penulis: Abdul Basith PSP (Guru Produktif TKJ SMK Negeri 5 Malang)

Blibli.com
Blibli.com

Tinggalkan Balasan