WPdotCOM — Jika mendengar kata SMK, yang terbayang adalah slogannya yaitu SMK Bisa..Bisa… Kata yang begitu luas dan dalam maknanya.
Bisa dalam arti umum adalah mampu. Tapi apakah kata itu mampu mewakili lulusan SMK yang ada? Padahal dari data yang dirilis, perbandingan pendirian SMA dengan SMK yang sekarang 30% dan 70%. Maka lulusan SMK akan jauh lebih banyak dibanding dengan SMA.
Tapi apakah benar bahwa semua lulusan SMK sudah terserap sebagai tenaga trampil dan sesuai bidangnya?. Apakah sudah sesuai dengan slogan SMK Bisa?
Mari kita lihat apa yang terjadi di lapangan. Banyak sekali lulusan SMK yang bekerja tidak sesuai bidangnya. Malah ada yang menjadi pengangguran. Padahal di satu sisi, mereka sebenarnya punya keahlian yang kompeten di bidangnya. Karena siswa-siswa SMK untuk lulus sekolah harus melalui ujian kompetensi yang dikenal dengan Uji kompetensi Keterampilan, ataupun dengan mengikuti ujian LSP. Seharusnya mereka bisa masuk ke sektor-sektor yang sesuai dengan bidangnya, ataupun mereka bisa menjadi seorang wirausaha muda. Tapi, semua terkadang menghadapi kendala untuk mencapai keinginan untuk bisa berkiprah didunia kerja.
Beberapa faktor yang menjadi kendala bisa kita kupas di sini. Diantaranya faktor internal dan ekternal. Faktor internal dis ini adalah faktor dari diri siswa sendiri, yaitu tingkat kepercayaaan diri, modal, kesempatan, serta ketidakmampuan dalam melihat peluang usaha yang sedang berkembang di masyarakat. Sedangkan faktor eksternalnya adalah, kurangnya kepercayaan dari dunia industri terhadap kemampuan lulusan SMK, serta kurangnya kesempatan yang diberikan industri kepada lulusan, dan memfasilitasi keinginan berwirausaha.
Jika melihat dan mengkaji dari sisi internal siswa, maka akan ditemukan rasa kurang percaya diri siswa untuk mencoba. Siswa cenderung takut gagal, takut salah, takut rugi, dan sebagainya. Seharusnya hal tersebut tidak terjadi, jika di sekolah siswa dibiasakan untuk belajar berkompetisi.
Guru bisa memasukkkan metode kompetisi dalam pengajarannya, sehingga siswa terbiasa menang, kalah, dan bisa untuk menerima kekalahan serta bangkit untuk terus berusaha. Hal itu makin mendorong siswa untuk percaya diri.
Sedangkan faktor internal kedua adalah modal. Seandainya dalam pembelajaran siswa diminta untuk kreatif memikirkan sesuatu usaha yang harus dilakukan, jika dalam suatu kegiatan modal yang harus didapat ternyata kurang, maka siswa akan bekerjasama dengan timnya untuk mengatasinya. Sementara faktor yang ketiga adalah kemampuan untuk melihat suatu peluang usaha. Maka dalam pembelajaran bisa dimasukan untuk aktif mengikuti pameran atau tren yang sedang berkembang saat ini, baik di media cetak maupun di media online.
Untuk faktor eksternal, ada beberapa hal diantaranya. Ketidak percayaan pihak industri terhadap kemampuan lulusan SMK, mungkin bisa diatasi dengan adanya kerjasama dari pihak sekolah, dinas pendidikan dengan instansi di luar pendidikan, untuk mempromosikan produk ataupun kegiatan yang menampilkan kompetensi siswa melalui pameran ataupun kegiatan siswa. Sehingga peluang peluang siswa untuk di percaya dan dikenal jadi lebih besar. Ataupun pihak industri bisa memberi Kredit Lunak atau CSR ke siswa atau sekolah, agar siswa bisa mengembangkan usaha. Sehingga siswa siswa SMK bisa menjadi entrepreneur muda.
Penulis: Erlitawanty (Guru SMK Negeri 5 Kota Malang)