WPdotCOM — Ketika mengajar mata diklat batik di hari pertama semester genap di kelas XII, ada hal yang cukup menarik untuk saya cermati.
Ada 5 orang siswa yang begitu antusias untuk berkomunikasi dengan. Sejak awal sebagai guru sangat tidak menyangka hal itu akan terjadi. Sebab siswa yang datang tersebut tergolong siswa yang kurang berminat dalam pembelajaran batik sejak di kelas XI. Dan otomatis untuk karyanya juga sangat jauh dari harapan. Apalagi hasil desainnya, bisa dibilang jauh dari harapan. Setelah berkomunikai cukup lama, mereka ternyata sudah mempersiapkan desain untuk ujian Kompetensi Keahlian yang akan mereka tempuh di bulan Pebruari 2018.
Hal yang sangat mengharukan adalah semangat mereka untuk segera berkarya yang lebih baik lewat UKK. Sementara jika dilihat dari hasil karya mereka sejak kelas XI, sangat jauh dari kata sempurna atau baik. Dengan sikap mereka inilah yang memicu semangat sebagai pendidik untuk membuat mereka bisa membuat karya batik yang lebih bagus, sesuai dengan kebutuhan pasar, bukan hanya standar kelulusan.
Hal pertama yang kami lakukan untuk mereka adalah, memberikan masukan bagaimana cara membuat batik yang berkelas dan bermutu dengan desain yang sederhana. Dari mulai pembimbingan pembuatan desain, pembesaran pola, pemindahana pola pada kain, dan yang paling akhir adalah proses membuat batiknya. Pada awalnya memang ada kesulitan yang ditemui, antara lain masing-masing anak kemampuan mendesainnya tidak sama, meskipun mereka rata-rata juga tdak mahir dalam mendesain.
Tetapi berbekal keyakinan dan semangat dari anak-anak, akhirnya bisa menemukan cara agar supaya mampu membuat desain batik yang sesuai dengan aturan yang ada. Langkah pertama yang ditempuh adalah memberikan mereka contoh gambar desain batik dari buku, dan kain batik berupa jarik, karena sekaligus agar mereka tahu cara menempatkan motif pada kain. Dari cara pertama yang dilakukan, ada 3 siswa yang langsung paham dengan penempatan gambar tersebut pada polanya. Dengan kata lain, mereka sudah paham akan diletakkan dimana motif desain tersebut. Sedangkan 2 yang lain masih harus dibimbing karena keduanya sulit memahami cara menempatkan motifnya.
Hal yang harus penulis lakukan untuk kedua siswa tersebut adalah dengan cara yang lain, yakni membuatkan mereka pola besar untuk penempatan motifnya saja. Sedangkan desainnya tetap mereka yang membuatnya. Hal ini berlangsung kurang lebih 1 minggu, mereka tetap rajin berkonsutasi dengan tanpa kenal lelah. Meskipun desain yang mereka buat selalu penulis tolak karena kurang eksklusif untuk ukuran mereka yang sudah kelas XII. Perlu kesabaran dan semangat yang tinggi untuk bisa meraih nilai baik dalam membuat desain batik.
Pada akhirnya, dengan susah payah dan semangat yang tinggi kelima siswa yang dalam keseharian dikenal tidak dapat mendesain batik dengan baik, dapat menyelesaikan desain dengan kualitas sempurna untuk dibuat dalam sebuah karya dengan skala Ujian Kompetensi Keahlian (UKK).
Hal terindah yang penulis dapatkan dan sebuah kejutan besar di tahun2018, siswa datang ke saya untuk konsultasi desain batik sebagai persiapan UKK. Padahal saya tidak menyuruh mereka. Hal itu membuat haru. Penulis sangat terharu dan terbawa perasaan bangga terhadap siswa Kelas XII Tekstil tahun pelajaran 2017/2018.
Penulis: Risdwi Soenoe Widjiastuti (Guru SMK Negeri 5 Kota Malang)