Menulis, Keterampilan yang Tidak Butuh Skill Khusus

ARTIKEL ILMIAH96 Dilihat

WPdotCOM Ketika membaca brosur tentang workshop menulis, penulis tertarik untuk mendaftar karena merupakan tantangan untuk mulai mencoba menulis.

Terus terang, selama ini tidak punya pengalaman menulis yang terstruktur apalagi yang berbau ilmiah. Pada hari workshop, semua peserta mendapat pencerahan di awal,tidak perlu takut menulis. Karena sebagai penulis harus mau ‘malu-maluin.’  Mungkin maknanya adalah menulis itu untuk memerdekakan ide, pikiran, dan harus dilakukan tanpa pamrih, tendensi ataupun ‘modus’. Dari penjelasan itu pun sepertinya masih kurang riil bagi saya. Karena ya itu tadi, saya tidak pernah berpikir untuk menulis.

Tapi setelah diingat-ingat, sejak kecil sampai sekarang, ada kebiasaan menulis sesuatu yang rasanya perlu diungkapkan di secarik kertas kecil. Seperti diarylah, tapi waktu itu tidak seorang pun yang boleh tahu. Kalau di medsos pun jarang buat status, karena tidak ingin orang membaca apa yang sedang dirasakan atau pun dipikirkan.

Okey.. Kembali ke kegiatan hari ini tentang keberanian  menulis. Sekali lagi terbentur dengan syarat menulis dengan tata cara ilmiah. Karena penulis tidak tahu bagaimana tata cara ilmiah itu. Seandainya pun harus menulis, penulis akan hubungankan dengan profesi saya sebagai guru bahasa. Dalam ranah penilaian bahasa, ada penilaian keterampilan siswa di bidang menulis.

Membaca adalah budaya yang mulai terkikis jaman now. Padahal, membaca itu lebih mudah daripada menulis. Bagaimana dengan budaya menulis? Akan semakin sulit dibayangkan, apalagi dilakukan karena ungkapan momok bahwa menulis membutuhkan skill khusus dan butuh alokasi waktu khusus untuk mewujudkannya. Tetapi harus tetap semangat, budaya literasi memang harus mulai ditumbuhkan lagi dengan berbagai cara dan upaya.

Setelah istirahat siang, peserta harus mulai mencoba menulis sesuatu yang telah dialami dan lakukan mulai pagi hingga siang. Yang baru disampaikan tentang jenis-jenis artikel yaitu eksploratif, eksplanatif, deskriptif, prediktif, dan preskriptif. Serta penyampaian tentang apa itu karya ilmiah, karya ilmiah populer yang membutuhkan pemikiran ilmiah, yaitu pemikiran yang logis dan empiris.

Pemateri  Nova Indra, banyak menceritakan pengalaman pribadinya tentang awalnya beliau adalah guru Madrasah. Setelah itu tahun 2005, dia mendirikan lembaga P3SDM  Melati dan kemudian banyak berkarya dengan menulis karya roman yang mengangkat budaya Indonesia, khususnya tentang pencak silat sebagai produk bela diri asli Indonesia. Ia pun menulis buku yang akhirnya telah difilmkan tahun 2015, dan masih ada lagi beberapa buku yang ditulisnya.

Ulasan ini tentu sangat menginsiprasi audience, terutama secara pribadi. Karena yang selama ini kita membuat status di sosmed, berkomentar dan chatting itu, sebenarnya sudah menulis. Sehingga tidak ada alasan bagi seseorang untuk mengatakan tidak bisa menulis. Semoga bisa menginsiprasi dan memberi apresiasi pada diri sendiri dengan kita menulis dan menulis.

Penulis: Ellia Jorien W (Guru SMK Negeri 8 Kota Malang)

Blibli.com
Blibli.com

Tinggalkan Balasan