WPdotCOM — Mengarang atau menulis merupakan pelajaran yang penting diberikan kepada siswa untuk melatih menggunakan bahasa secara aktif.
Disamping itu pengajaran mengarang di dalamnya secara otomatis mencakup banyak unsur kebahasaan,termasuk kosa kata dan keterampilan penggunaan bahasa dalam bentuk bahasa tulis.
Akan tetapi, dalam hal ini guru Bahasa Indonesia dihadapkan pada dua masalah yang sangat dilematis. Di satu sisi guru bahasa harus dapat menyelesaikan target kurikulum yang harus dicapai dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Sementara di sisi lain porsi waktu yang disediakan untuk pelajaran mengarang relatif terbatas. Padahal untuk pelajaran mengarang, seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup panjang, karena diperlukan latihan-latihan yang cukup untuk memberikan siswa dalam karang-mengarang.
Dari dua persoalan tersebut, kiranya dibutuhkan kreativitas guru untuk mengatur sedemikian rupa. Sehingga materi pelajaran mengarang dapat diberikan semaksimal mungkin dengan tidak mengesampingkan materi yang lain.
Di sekolah pada umumnya sering mengabaikan pelajaran mengarang. Ada beberapa faktor penyebabnya yaitu, (1) sistem ujian yang biasanya menjabarkan soal-soal yang sebagian besar besifat teoritis dan objektif (2) kelas yang terlalu besar dengan jumlah murid berkisar antara empat puluh sampai lima puluh orang.
Materi ujian yang bersifat teoritis, dapat menimbulkan motivasi guru bahasa pada saat mengajar materi mengarang hanya untuk dapat menjawab soal-soal ujian. Sementara aspek keterampilan diabaikan. Sedangkan dengan kelas yang besar, ada konsekuens. Biasanya guru enggan memberikan pelajaran mengarang, karena ia harus memeriksa hasil karangan siswa yang berjumlah mencapai empat puluh sampai lima puluh lembar. Kadang hal itu masih harus berhadapan dengan tulisan-tulisan siswa yang sulit dibaca. Belum lagi ia harus mengajar lebih dari satu kelas atau mengajar di sekolah lain. Berarti yang harus diperiksa empat puluh kali sekian lembar karangan. Oleh karena itu, tidak jarang guru yang menyuruh siswa mengarang hanya sebulan sekali atau bahkan sampai berbulan-bulan.
Adapun permasalahan yang dihadapi oleh siswa adalah, karena adanya kendala dalam (1) menulis cerita Anekdot (2) pengaruh motivasi belajar menulis cerita Anekdot.
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui (1) kemampuan menulis cerita anekdot (2) pengaruh motivasi belajar menulis cerita anekdot.
Pembelajaran merupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dalam arti perubahan perilaku individu melalui proses belajar-mengajar. Namun harus diberi catatan bahwa tidak semua proses belajar-mengajar terjadi karena adanya proses pembelajaran atau kegiatan belajar-mengajar, seperti belajar dari pengalaman sendiri (Udin Sarifuddin, 1995: 3).
Belajar dapat pula diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu dengan lingkungannya.
Penelitian ini menggunakan metode tindakan (action research), karena penelitian tindakan dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik/metode pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai, tempat penelitian di SMKN 8 Malang.
Penulis: Ritul Idha Djarwati (Guru SMKN 8 Malang)