Literasi; Membaca atau Menulis?

ARTIKEL ILMIAH96 Dilihat

WPdotCOM — Sebenarnya, manakah yang lebih penting untuk didahulukan dalam rangka meningkatkan literasi siswa. Membaca, atau menulis?

Literasi dikaitkan dengan kondisi pengetahuan, atau pemahaman seseorang tentang suatu hal. Misalnya literasi TIK, musik, finansial, dan lain-lain. Meningkatnya literasi bisa dilakukan dengan kegiatan membaca. Membaca koran, pesan WA, status-status FB, dan buku-buku di perpustakaan (versi yang mainstream).

Namun yang menjadi permasalahan adalah apakah setiap kegiatan membaca akan menghasilkan literasi? Apakah setiap orang yang membaca itu memahami setiap permasalahan yang dia baca? Belum ada bukti-bukti yang meyakinkan bahwa setiap orang memahami  setiap yang dibacanya.

Sampai di sini, masihkah diasumsikan bahwa membaca adalah cara yang paling efektif untuk meningkatkan literasi siswa? Sehingga aktivitas ini perlu dilakukan ‘pertama’ atau lebih dahulu sebelum melakukan kegiatan-kegiatan lainnya untuk meningkatkannya.

Bagaimana dengan kegiatan menulis? Sebagaimana diketahui bahwa tidak semua orang suka menulis. Bahkan tidak semua orang yang suka membaca juga suka menulis. Walaupun ada juga yang mengatakan, seorang yang suka membaca lebih suka menulis dibandingkan mereka yang tidak suka membaca sama sekali.

Sekarang permasalahannya adalah bagaimana kegiatan menulis itu bisa digunakan untuk meningkatkan literasi siswa. Menulis melibatkan proses berfikir kritis. Seseorang tidak akan mulai menulis kecuali ia mempunyai motivasi yang kuat untuk menulis. Menulis bisa karena dorongan ekspresi diri, sosial, dan profesional. Bahkan, menulis bisa karena hobi. Itu baru mulai proses menulis.

Selanjutnya, dalam proses penulisan ada banyak tahap yang harus dilalui. Yang paling mengesalkan adalah ketika proses menulis harus berhenti karena penulis mengalami “stuck” atau kemandegan ide, dimana proses menulis itu harus berhenti sama sekali karena sudah benar-benar kehabisan ide. Sudah tidak ada lagi ide yang bisa ditulis. Toh, kondisi ini masih lebih baik dibandingkan seorang yang tidak mampu menuliskan sebuah kalimat  pun karena memang tidak ada ide untuk ditulis.

Dalam kondisi seperti ini, biasanya penulis akan berhenti menulis. Namun ia tidak akan berhenti berfikir. Ia akan mencari inspirasi keluar, menggali informasi dan pengalaman, diskusi dengan teman, menemui ahli dan atau mencari fakta-fakta untuk bahan tulisan selanjutnya. Dan yang paling mainstream dilakukan seorang penulis dalam kondisi seperti ini, adalah pergi ke perpustakaan; membaca.

Sampai di sini, manakah yang sebaiknya dilakukan terdahulu untuk meningkatkan literasi siswa? Apakah kegiatan membaca? Atau kah kegiatan menulis. Sekian.

Daftar Pustaka

  1. Pedoman Gerakan Nasional Literasi Bangsa, Bidang Pembelajaran Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, 2016
  2. Permendikbud No. 21 Th. 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
  3. Permendikbud No. 23 Th. 2015 tentang Gerakan Literasi Sekolah

Penulis: Tri Mei Handayani, M.Hum (Guru SMA Negeri 1 Wungu Kab. Madiun)

Blibli.com
Blibli.com