WPdotCOM — “Sungguh indah.” Begitu kalimat yang pantas terucap saat kembali menjejakkan kaki di Kabupaten Sijunjung, Negeri Lansek Manih.
Perjalanan panjang dari Surabaya menggunakan flight pukul 5 pagi dan transit di ibukota lebih kurang 3 jam, kami pun dibawa terbang menuju Ranah Minang yang dikenal sebagai daerah berpenduduk ramah dan menyenangkan.
“Sungguh alam Sumatera Barat ini begitu indah.” Decak kagum itu terlontar dari perempuan cantik yang senantiasa mendampingi kemanapun langkah selama ini.
Betapa tidak, dari ketinggian langit terlihat hamparan daratan menghijau, menyejukkan mata bagi para hamba Allah yang menyanjung kebesaran ciptaanNya.
Tiba di Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM) pukul 11 siang, udara hangat menyambut kami. Kelembaban yang cukup tinggi di Kota Bengkuang itu membuat tubuh terasa cukup gerah. Wajar saja kiranya, sekian jam duduk diam dalam pesawat sambil menikmati alam Nusantara yang memesona, tubuh-tubuh kami dibalut udara sejuk dari pendingin udara.
“Selamat Datang di Ranah Minang,” begitu kalimat pesan masuk di ponsel yang baru dinyalakan saat melalui lorong garbarata dari pintu pesawat. Ada rasa haru ketika kembali tiba di Ranah Minang ini. Dan kini, seolah kembali dalam situasi yang berbeda.
Ranah Minang adalah negeri yang membesarkan penulis. Ada banyak kisah kehidupan yang terpateri dalam jiwa ini, di negeri yang dikenal banyak melahirkan tokoh-tokoh bangsa. Kini, kaki telah kembali menginjak tanah Minangkabau menuju Kabupaten Sijunjung, sesuai rencana kegiatan yang telah disepakati bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat.
Keluar dari pintu kedatangan BIM, kami disambut mobil jemputan yang menunggu sejak tadi. Perjalanan menuju Sijunjung pun dimulai. Namun, perut terasa lain. Ada sisi lambung yang minta diisi dengan Nasi Padang. Di jalan By Pass sebelum menuju arah Solok, kami sempatkan mengisi perut dengan suguhan ala Minang di salah satu rumah makan.
Lega, dan kenyang pastinya. Lalu kami pun melanjutkan perjalanan menuju Sijunjung via Kabupaten Solok dan tiba di Hotel Bukik Gadang pukul 4 sore, setelah melalui jalanan yang dilingkupi pemandangan teramat indah. Tidak berhenti bibir-bibir kami mengagungkan Asma-Nya ketika menyaksikan pemandangan indah di belakang kami selama perjalanan itu.
Pagi ini, ketika membuka jendela kamar di lantai 2 Hotel Bukik Gadang, suguhan nikmat Allah terasa begitu indah. Hujan dengan intensitas rendah terpapar di depan kami. Tetesannya seperti mengucapkan dendang dan nyanyian selamat datang. Tak berhenti mata menyaksikan rintik-rintik kecil yang diturunkan Sang Khaliq ke bumi.
Ini adalah nikmat luarbiasa bagi kami. Sudah sekian lama di Kota Malang tidak pernah turun hujan. Bahkan, sebagian daerah di pulau Jawa kini mengalami kekeringan. Alhamdulillah, Kota Malang tidak kekurangan air, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masih cukup lancar.