Mengenal Pendidikan Karakter Melayu; Seukur Maka Dikerat, Sesuai Maka Dipasang

WPdotCOM — Molek budi tajuk negeri. Ungkapan yang terlalu indah dan sangat absurd bagi sebagian orang yang tidak memiliki kedalaman akal budi.

Bagaimana mungkin kecantikan budi akan menjadi tajuk negeri? Bagaimana bisa kehadiran pribadi yang berbudi mampu menjadi cikal-bakal lahirnya negeri yang gemah ripah loh jinawi?

Tak dapat dipungkiri, hanya dengan menyesapii setiap relung pemikiran yang didasari keteguhan dan istiqamah terhadap perlakuan baik pada diri, akhirnya mampu menjunjung negeri hingga ke langit kemakmuran dan keindahan. Masing-masing pribadi, menjadi penyangga tegaknya negeri agar kokoh, dan memiliki kekuatan dalam menjaga keseimbangan alam.

Menjadi lebih baik, tentunya tak dapat hadir serta-merta layaknya orang bermain sulap. Bukan semudah membalik telapak tangan. Atau seringan menjinjing belanjaan dari pusat perbelanjaan.

Menjadi lebih baik adalah pekerjaan yang tidak mudah, apatah lagi untuk mempersembahkan diri bagi kelangsungan hidup bersama dalam masyarakat komunal dan beragam tradisi serta kepercayaan.

Pembinaan, pendidikan, dan pembiasaan karakter yang dibangun sedari dini, adalah kunci dari setiap perubahan yang diharapkan terjadi dalam masing-masing diri manusia. Di sinilah titik temu perbincangan dalam pola pendidikan anak-anak Melayu yang tersebar di seantero negeri.

Pendidikan karakter sejak masih dalam binaan keluarga inti, adalah bentuk pembinaan yang tak lepas dari sistem peradatan dalam kekerabatan dan masyarakat sosial Melayu. Menjadi pribadi, bukan seperti cantik cincin hiasan jari saja. Bukan hanya bagian yang termanfaatkan oleh kalangan dalam semata. Namun lebih luas dari semua itu, menjadi lebih baik adalah capaian kesempurnaan yang didalilkan dalam sistem pendidikan.

Pribadi-pribadi yang berakal budi, adalah hiasan negeri agar sentiasa menjadi tolok-ukur pada tiap-tiap perubahan yang berkekalan sepanjang waktu. Tanpanya, tiada ada kemakmuran, tiada keindahan, tiada pula rasa kebersamaan.

Pada generasi dalam turunan Melayu, pendidikan diutamakan sebagai sebuah fondasi isatimewa. Tidaklah anak akan dibiarkan menapak tangga masyarakat sebelum mereka ditunjuk-ajari dengan segala petuah yang di dalamnya penuh dengan makna kehidupan. Setelah pendidikan dalam keluarga inti dipandang cukup, anak akan dilepas bebas untuk menjadi bagian dari masyarakat sosial.

Seukur maka dikerat, sesuai maka dipasang. Begitulah ukuran-ukuran yang ditanamkan dalam pola didik dalam setiap masa proses yang dilalui dalam kehidupan.

Ukuran tunjuk ajar dalam pendidikan anak Melayu, sebagaimana digambarkan oleh Tenas Effendy dalam bukunya Tunjuk Ajar Melayu menjelaskan:

Yang disebut tunjuk ajar dari yang tua, petunjuknya mengandung tuah, pengajarannya berisi marwah, petuah beri, amanahnya berisi hikmah, nasehatnya berisi manfaat, pesannya berisi iman, kajinya mengandung budi, contohnya pada yang senonoh, teladannya di jalan Tuhan (hal. 10-11)

Berbekal hal itu, semua menjadi kajian yang tak luput dalam tiap-tiap masa pendidikan anak Melayu. Semua dijadikan pondasi utama, agar anak yang lahir dan tumbuh, menjadi hiasan negeri.

(Bagian dari bab dalam buku Pendidikan Karakter Anak Melayu – Penulis Nova Indra)

Blibli.com
Shopee Indonesia
Blibli.com

Tinggalkan Balasan