
WPdotCOM, Jambi – Berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia, ternyata bukan hanya pada bidang kurikulum formal yang dikenal secara umum. Beladiri, khususnya Pencak Silat juga turut ambil bagian.
Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM), memiliki struktur kurikulum yang sudah baku. Sejak berdirinya organisasi ini, yang juga sekaligus perguruan seni beladiri Pencak Silat tahun 1963 silam, telah disusun kurikulum sesuai tingkatan pembelajaran.
Kini, di tengah pergeseran sistem pembelajaran formal, TSPM juga ikut mempersiapkan penyusunan kurikulum formal TSPM secara nasional. Bukan hanya kompetensi inti pembelajaran, tapi juga sampai pada penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan sistem penilaian serta kriteria ketuntasan.
“Benar. Saat ini kita membutuhkan sistem pembelajaran Tapak Suci yang memiliki kurikulum formal. Hal itu sesuai dengan target TSPM untuk terus menjadi yang terdepan dalam pengembangan beladiri asli tanah air. Saat masuk ke sekolah, setiap pelatih pasti akan ditanya terkait kurikulum Tapak Suci. Hal ini menjadi sangat penting,” demikian ungkap Nova Indra, pimpinan lembaga Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (P3SDM) Melati.
Pegiat literasi dan penulis novel budaya dengan konten pencak silat yang juga Kader Utama di TSPM itu mengatakan, pihaknya telah menyiapkan kurikulum formal pembelajaran pencak silat TSPM.
“Iya, kita sudah siapkan kurikulum formal pembelajaran Tapak Suci. Dengan adanya kurikulum formal tersebut, selain memenuhi unsur pendidikan formal, setiap pelatih secara nasional akan memiliki standar kepelatihan yang sama. Jadi tidak ada lagi perbedaan keilmuan yang diberikan kepada siswa TSPM di manapun mereka belajar,” jelasnya.
Lebih lanjut Nova menjelaskan, hingga kini kurikulum itu belum bisa digunakan secara resmi oleh Tapak Suci. Hal itu disebabkan belum adanya lokakarya kurikulum yang sejatinya membahas tentang muatan kurikulum yang ia siapkan.
Sementara itu, Aldia Witra Wakil Ketua Bidang Organisasi PPTSPM saat dihubungi media ini melalui sambungan telepon menyatakan kesetujuannya tentang kurikulum formal pembelajaran pencak silat tersebut.
“Benar sekali. Kita harus menjawab tantangan dunia pendidikan tersebut. Dan alhamdulillah, kita pasti bisa karena banyak tenaga yang mampu menyusun kurikulum itu di Tapak Suci,” ujarnya sesaat setelah melantik Pimpinan Wilayah XXVI Tapak Suci Provinsi Jambi, Selasa (24/12).
Ke depan, kata penyandang sabuk Pendekar Utama yang sehari-hari bertugas di Kemeterian PU Provinsi Riau itu, akan dibahas secara mendalam persoalan penetapan kurikulum tersebut. (002/d’)