Gerakan Budaya “Nyumpah Batta”, Wujudkan Pendidikan Karakter di Sekolah

ARTIKEL ILMIAH47 Dilihat

WPdotCOM — Keberlangsungan proses pendidikan saat ini, tidak terlepas dengan perkembangan revolusi industri 4.0. Era keempat ini merupakan era digital, ketika semua mesin terhubung melalui sistem internet (cyber system).

Situasi ini juga membawa dampak besar di kalangan pelajar.   Di era millenium, di mana bila pendidikan tidak diimbangi dengan karakter yang baik, perlahan dapat menyebabkan lunturnya kearifan lokal. Kebiasan positif yang diwariskan pendahulu seperti nilai sopan santun, menghormati dan menghargai orang lain, akan tergerus jika tidak ada penyaringnya. Saat semuanya sudah tersambung melalui sistem digital yang ditandai oleh persaingan tinggi dan ketat, berakibat pada kecenderungan pemujaan masa depan.

Sebenarnya budaya senyum, sapa, dan berjabat tangan, telah ada semenjak  nenek moyang negeri ini.  Jalinan interaksi berlangsung baik karena adanya budaya tersebut.  Tetapi ketika berbenturan dengan keadaan yang menuntut semua serba mesin dan cepat, maka budaya luhur tersebut mulai luntur. Hal ini  bisa dilihat di lingkungan sekolah, di mana semakin tingginya individualisme dan persaingan di antara teman.

Contoh kecil saja, ketika bertemu dan berpapasan dengan guru, peserta didik yang meraa guru tersebut tidak mengajar di kelasnya, merekabahkan tidak menyapa dengan senyuman.  Juga ketika bertemu dengan temannya satu kelas, jarang menyapa terlebih dahulu karena merasa dirinya lebih pandai dibanding lainnya.

Dari kondisi itu, tercipta ide menggalakkan kembali budaya gerakan ‘nyumpah batta’  (senyum, sapa, dan berjabat tangan) di sekolah. Hal itu bertujuan menjaga suasana lebih akrab dengan lawan bicara, menciptakan suasana lebih nyaman, dan menumbuhkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan. Dengannya, warga sekolah akan lebih peduli terhadap sesama, terbentuk karakter yang mengerti bagaimana berperilaku sopan santun,  belajar menghargai dan menghormati orang lain.

Budaya gerakan ‘nyumpah batta’ adalah program yang sekiranya mampu menjadi salah satu upaya dalam mewujudkan pendidikan karakter di lingkungan sekolah.   Budaya ini diawali dengan: 1) Sikap untuk selalu tersenyum atau memberi senyum,  menggerakkan sedikit raut muka serta bibir, agar orang lain atau lawan bicara merasa nyaman ketika berjumpa. 2) Sikap untuk menyapa atau sapa, dimana tegur sapa adalah suatu pernyataan awal seseorang untuk dapat melakukan komunikasi dengan orang lain. 3) Kebiasaan untuk berjabat tangan, biasanya mereka melakukannya dengan maksud atau beberapa motivasi. Pertama, berjabat tangan untuk meminta maaf atas kesalahannya. Kedua, berjabat tangan untuk tanda persahabatan. Ketiga, berjabat tangan karena kedua belah pihak telah lama tidak berjumpa,  dan keempat bahwa berjabat tangan adalah cara mempererat tali silahturahmi.

Perlu disadari, setiap orang adalah makhluk sosial. Tidak bisa hidup sendiri, melainkan memerlukan orang  lain untuk memenuhi kebutuhannya. Melalui budaya ‘nyumpah batta’, bisa membentuk karakter peserta didik yang lebih hangat, komunikatif, bersopan santun, menghargai dan juga menghormati orang lain.  Program ini sangat bagus dalam proses pembelajaran membangun karakter peserta didik di sekolah.

Mekanisme pelaksanaan program gerakan ‘nyumpah batta’sendiri, adalah dengan cara menyosialisasikan kepada sesama peserta didik. Dapat juga membuat semacam poster yang diletakkan di dekat taman, tempat peserta didik bermain, atau dalam kelas. Di samping itu, dapat juga ditulis di tempat duduk peserta didik tepatnya di halaman sekolah, sehingga ketika peserta didik beristirahat, mereka dapat membaca tulisan tersebut.

Selain itu, wujud konkret implementasi ‘nyumpah batta’adalah ketika pagi hari ketika peserta didik masuk ke gerbang sekolah, semua guru berdiri  berjejer menyambut kedatangan peserta didik. Tak lupa disertai dengan memberikan senyuman, sapaan, berjabat tangan, sopan dan santun kepada peserta didik.  Juga bisa di kelas sebelum memulai materi pelajaran, guru yang mengajar membiasakan memberikan salam dan menanyakan kabar peserta didik.  Meski dianggap sepele, tetapi aktivitas seperti itu bisa menjadi rutinitas yang memberikan efek positif bagi karakter peserta didik.  Dengan terjalinnya komunikasi dan interaksi yang baik, dapat menjadikan suasana yang hangat dan menyenangkan.  Sehingga peserta didik menjadi lebih betah berada di sekolah, lebih komunikatif, dan lebih interaktif.

Bagaimanapun, senyum, sapa, dan berjabat tangan, harus menjadi gerakan dan pembiasaan perilaku warga sekolah.  Karena merupakan perilaku yang sudah turun-temurun dan menjadi jati diri bangsa Indonesia.  Gerakan budaya ‘nyumpah batta’ini bisa dijadikan sebagai salah satu  cara untuk mencegah lunturnya jati diri bangsa dan mengikis sikap individualistis.  Dengan begitu, maka diperlukan dukungan oleh semua pihak terkait, mulai dari peserta didik, guru, karyawan sekolah,  maupun warga sekitar.  Di era yang semua sudah dihubungkan dengan perangkat digital ini, gerakan ‘nyumpah batta’sangat cocok diterapkan di sekolah.

Penulis: Anna Rusmiyati, S.Sos. (Guru Mapel Sosiologi SMAN 1 Pulung, Ponorogo Jawa Timur)

Blibli.com
Blibli.com

Tinggalkan Balasan