WPdotCOM — Budaya baca masyarakat Indonesia, masih jauh tertinggal dibandingkan negara lainnya di Asia Tenggara. Data itu berasal dari rilis salah satu lembaga internasional.
Dari tahun ke tahun, angka literasi siswa Indonesia bukannya meningkat, melainkan terus menurun. Generasi negeri ini jauh tertinggal dibanding dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand, serta Vietnam.
Hal ini sebenarnya disadari oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, seiring dengan beralihnya penggunaan kurikulum KTSP ke kurikulum K-13 di hamper seluruh sekolah di Indonesia. Program penguatan literasi merupakan salah satu yang ditekankan oleh pemerintah di samping penguatan pendidikan karakter.
Literasi tidak hanya masalah membaca aksara, tetapi mempunyai tingkatan. Ada literasi angka, keuangan dan lain-lain. Jangankan untuk meningkatkan literasi angka dan keuangan, untuk aksara saja siswa Indonesia masih sangat lemah. Kemudian dari hasil tes PISA yang diadakan setiap tahun, di mana soal-soalnya sangat menuntut analisa, atau yang dikenal dengan soal HOTS, siswa Indonesia masih jauh tertinggal dibanding siswa dari negara lain.
Kenapa literasi siswa Indonesia sangat lemah? Menurut asumsi penulis banyak faktor yang mempengaruhinya. Di antaranya, dalam masyarakat kita masih melekat budaya lisan atau bertutur. Masyarakat kita belum terbiasa dengan budaya baca. Dari hasil penelitian, dalam 1 tahun siswa Indonesia rata-rata hanya sanggup membaca 1 buku. Dibandingkan dengan Malaysia, siswa mereka mampu membaca 7 buah buku, siswa Jepang 10 sampai 12 buku di luar buku wajib sekolah. Kemudian budaya menonton televisi yang sangat tinggi di kalangan siswa Indonesia, juga memperburuk kualitas literasi membaca.
Di sekolah, juga nyaris sebelum gerakan literasi dicanangkan oleh pemerintah, hampir tidak ada program yang membuat siswa jadi butuh membaca atau cinta buku. Pustaka sepi pengunjung, buku-buku yang tidak terawatt dengan baik, buku yang sudah ketinggalan zaman, sehingga tidak merangsang minat siswa untuk membaca
Melihat fenomena ini, disadari oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, kalau kondisi ini dibiarkan terus menerus, akan membuat masyarakat dan siswa Indonesia semakin tertinggal budaya literasinya dibandingkan dengan siswa-siswa negara lain.
Semoga dengan gerakan literasi nasional dan tumbuhnya gerakan literasi sekolah, akan membawa angin baru bagi pengembangan kualitas siswa Indonesia ke depan.
Penulis: Sofyan, S.Pd. (Guru SMA Negeri 2 Padangpanjang, Sumbar)
Terimakasih atas penjelasannya, menurut saya sangat bermanfaat. Yuk intip artikel serupa, bisa klik disini: http://news.unair.ac.id/2021/11/30/aiscoms-2021-bahas-pentingnya-literasi-dalam-masa-pandemi/ selamat membaca^^