Dilematis, Home Learning Menggunakan Gadget Tanpa Pengawasan Orang Tua

Berita Opini42 Dilihat

WPdotCOM — Kita perlu mengapresiasi program pemerintah tentang program Nawa­cita. Satu salah dari program itu adalah Indonesia Pintar, serta meningkatkan kesejahteraan masya­rakat.

Dalam hal ini jelas bahwa pendidikan memiliki peran penting terhadap kemajuan suatu bangsa, karena pendidikan tentunya sangat berkai­tan dengan kesejahteraan masyara­kat. Fakta yang terjadi di masyarakat, adalah maraknya berbagai feno­mena dan berbagai kasus yang dila­kukan anak bangsa, dengan status dalam proses pendidikan seperti tawuran, begal, seks bebas. Feno­mena ini tampaknya terus terjadi. Sehingga pemerintah hadir untuk mengantisipasi semua ini.

Lahirnya pendidikan karakter, serta adanya kebijakan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuda­yaan No. 30 Tahun 2017, merupakan bukti konkret solusi yang diberikan pemerintah dengan melibatkan ke­luar­ga dalam pendidikan anak. Lahirnya pendidikan karakter dan kebijakan tersebut, merupakan upaya penyadaran dan penekanan kepada masyarakat khususnya orang tua, untuk memperhatikan pendidikan anak-anak di keluarga bersinergi dengan tempat di mana anak-anak menimba ilmu. Keluarga berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan nasio­nal.

Undang-Undang Sisdik­nas No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 10 menyatakan, pendidikan menye­lenggarakan tiga bidang, yaitu informal, nonformal, dan formal. Pendidikan yang berada di dalam keluarga disebut dengan pendidikan informal. Dalam Pasal 1 ayat 13 disebutkan, “Pendidikan informal adalah pendidikan keluar­ga dan lingkungan”.

Jadi, dalam undang-undang tersebut, keluarga ter­masuk dalam satuan pendidikan. Maka orang tua sebagai pendidik dan anak-anak sebagai anak didik. Dengan demikian, jika anak telah dimasukkan dalam suatu sekolah, seharusnya orang tua tidak mele­paskan seluruh tanggungjawab pendidikan pada satuan pendidikan. Tetapi juga harus berperan aktif dalam mendidik anak di rumah.

Keluarga adalah sekolah pertama anak-anak sebelum memasuki jenjang pendidikan formal. Dalam keluarga inilah anak menda­patkan pendidikan dasar dari orang tuanya. Baik itu pendi­dikan spiritual, sosial, karakter, dan lainnya. Pendidikan itu bisa dipero­leh melalui pengajaran langsung orang tuanya maupun kebiasaan-kebiasaan yang dilihat dan dirasa­kan oleh anak-anak. Orang tua bukan hanya memberikan kewaji­ban berupa sandang, pangan, dan pakaian. Tetapi juga memberikan pendidikan yang terbaik dan layak kepada anak-anak.

Anak-anak dan orang tua, memi­liki hubungan emosional yang de­kat. Otomatis orang tua mem­perli­hatkan watak sebenar­nya pada anak-anak mereka. Pengajaran dan sikap yang diper­lihatkan pada anak men­jadi out-put kepribadian sang anak. Sering dikatakan bahwa anak merupakan cerminan dari orang tua.

Di samping itu, maraknya per­kembangan teknologi dan in­formasi terkini, seyogyanya menjadi sarana efektif bagi orang tua dan bagi dunia pendidikan umumnya, untuk me­manfaatkannya dengan maksimal. Jika tidak bijak, maka gadget akan dapat menghilangkan fungsi seba­gai orang tua dan meng­gantikan posisi guru dalam proses belajar. Sudah menjadi kasus secara umum dalam keluarga di mana-mana anak-anak lebih asik, lebih dekat dan melekat dengan gadget. Baik di rumah, sekolah, tempat ibadah, pusat belanja, kendaraan, dan lain-lainnya.

Pada sisi yang lain, kadang orang tua memberikan keleluasaan sebe­sar-besarnya pada anak untuk menggunakan gadget dengan alasan supaya anak tidak rewel, atau agar orang tua tidak diganggu dengan pekerjaannya. Apalagi mengiming-imingi anak belajar dengan gadget bukanlah suatu hal yang bijak. Jika anak sudah candu dengan gadget, yang terjadi adalah anak sulit dikontrol. Anak akan lupa kewaji­ban untuk belajar. Hari-harinya hanya akan diisi dengan gadget. Konsekuensinya adalah perkem­bangan sosial, intelektual dan emosionalnya tidak berkembang dengan maksimal. Belum lagi gangguan kesehatan yang disebab­kan oleh radiasi bias dari  gadget yang berlebihan.

Bukan mengada-ada. Kini, bisa disaksikan di mana-mana, anak-anak di masya­rakat kita sangat berbeda. Hari-hari mereka sangat dekat dengan gadget. Sehingga waktu makan, istrahat, dan belajar tidak terjadual. Bahkan orang dewasa dan orang tua sekalipun tidak luput dari korban penyalahgunaan gadget. Dalam beberapa situs, ada beberapa dampak buruk memberikan gadget pada anak. Pertama, anak bisa terpengaruh buruk internet, rentan menjadi korban dari predator yang berkeliaran di internet, atau terjadinya bullying di dunia digital. Kedua, meme­ngaruhi perkembangan otak anak. Ketiga, membuat anak menjadi malas bergerak, sehingga sistem mo­toriknya lamban untuk berkem­bang. Keempat, memengaruhi perkembangan mental dan sosial­nya. Anak yang kecanduan internet dan gadget tidak bisa bersosialisasi dengan baik, sehingga ia tidak memiliki teman bermain. Kelima, membuat anak ketergantungan terhadap gadget, sehingga dia tidak bisa mandiri dalam masalah. Ke­enam, anak menjadi lamban ber­pikir.

Anak yang cenderung berbuat di luar ambang batas kewa­jaran, maka dapat dipastikan ada aspek-aspek ter­tentu yang tidak tersentuh oleh orang tuanya. Hal ini tentunya disebabkan kurangnya perhatian, hubungan emosional, dan pengawasan. Maka anak mencari itu semua di luar keluarganya. Nah, pada akhirnya ia akan berjumpa dengan orang-orang yang tidak benar, bersentuhan dengan barang haram, serta melakukan tindakan krimininal.

Sedangkan anak-anak yang hebat dapat dipastikan ada orang tua hebat, yang selalu bersama mereka. Orang tua yang selalu mengarahkan dan membimbing mereka kepada hal yang baik. Dengan adanya perhatian, hubungan emosional yang selalu terjaga, dan pengawasan yang baik, maka akan tertanam kepribadian yang baik pada sang anak. Tertanamnya kepribadian baik pada anak, akan mengurangi kekhawatiran orang tua. Karena sudah ada perisai dalam diri mereka, yang membentenginya jika ada pengaruh buruk yang datang dari luar.

Melihat berbagai fenomena tindakan negatif yang dilakukan oleh anak-anak dalam usia belajar, maka sangat penting bagi orang tua memberikan perha­tian yang lebih terhadap pendidikan anak. Pencegahan dini yang efektif, adalah tidak meletakkan gadget sembarangan, jangan membiasa­kan, memanjakan, mengiming-imingi, dan bermain gadget di depan anak-anak.

Penulis Deni Yuliadi (Guru Mapel Olahraga SMAN 2 Padangpanjang)

Blibli.com
Blibli.com

Tinggalkan Balasan