
WPdotCOM — Virus merupakan genom (kumparan gen) yang terbungkus dalam suatu lapisan pelindung, yang diselubungi oleh sebuah kapsit yaitu berupa protein.
Genom memiliki diameter terkecil 20nm (nanometer). Terdiri dari untaian DNA berupa rantai tunggal atau RNA untaian ganda. Virus yang terkecil hanya memiliki 4 gen, sedangkan virus yang terbesar memiliki beberapa ratus gen. Bentuknya bermacam-macam, ada yang berbentuk batang, polyhedral atau komplekhedral.
Virus ini merupakan parasit intraseluler obligat. Yaitu parasit yang hanya dapat bereproduksi dalam sel inang. Jika ia terisolasi, maka virus tidak berproduksi, karena hanya memiliki DNA atau RNA. Namun begitu, walaupun hanya memiliki DNA atau RNA, virus dapat mengalihkan inangnya untuk bereproduksi. Inang hanya menyediakan nukleotida-nukleotida untuk mensintesis asam nukleat. Inangnya juga menyediakan enzim, ribosom tRNA, asam amino, ATP, dan komponen lain yang dibutuhkan untuk membuat protein virus, diarahkan oleh mRNA, yang ditranskripsi dari gen-gen virus. Itulah hebatnya virus.
Salah satu virus yang menjadi perhatian dunia, adalah Corona virus atau Savere Acute Respirasi Sindrom Corona Virus 2 (sars-cov-2). Virus telah merajalela. Infeksi virus ini pertama kali ditemukan di Kota Wuhan Provinsi Hubei Cina akhir Desember 2019 lalu. Menyebar dengan cepat, sampai ke ratusan negara termasuk Indonesia. Infeksi virus ini akhirnya mendunia, dan ditetapkan WHO sebagai pandemik.
Seseorang yang terinfeksi Covid-19, dapat menyebabkan gejala infeksi pernafasan berat seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak nafas, dan nyeri dada. Secara umum seseorang yang terkena infeksi virus korona memiliki gejala demam tinggi dengan suhu tubuh di atas 380 C, serta mengalami batuk dan sesak nafas. Gejala Covid-19, muncul dalam waktu 2 hari sampai dengan 2 minggu setelah terpapar.
Covid-19 dapat menyebabkan badai sitokin pada paru-paru penderita, sehingga paru-paru akan menjadi kaku dan bisa menyebabkan kematian. Sitokin, berbeda dengan sitokinin, sitokin merupakan sejenis hormon tumbuhan dan zat pengatur tumbuhnya, mendorong terjadi pembelahan sel yang terjadi pada jaringan Meristem. Sedangkan Sitokin merupakan jenis protein yang berukuran kecil, tugasnya mengatur immunitas, inflamasi dan hemoteopsis. Karena itulah bila seorang terinfeksi Covid-19, akan menderita badai sitokin pada paru-parunya, sehingga pasien sulit bernapas.
Covid-19 mempunyai beberapa inang satwa liar seperti ular, musang, trenggiling, dan kelelawar. Menurut para ahli, kekelawarlah yang merupakan dalang Covid-19 ini. Kelelawar memiliki system kekebalan tubuh yang sangat baik, sehingga sel-sel kelelawar yang terinfeksi virus, memerangi infeksi dengan cara membunuhnya. Respon imun kelelawar yang sangat tinggi membuat virus dapat bermutasi dengat cepat. Spesies kelelawar tertentu bisa meningkatkan respon antivirus dan inflamasi yang kuat secara bersamaan jika kelelawar terinfeksi Covid-19. “Binatang ini memiliki jalur anti inflamasi sangat tinggi,“ ujar Cara Brook, seorang postdoctoral Miller-Fellow di UC Berkeley.
Pada sayap kelelawar terdapat sinyal interferon-alfa yang dapat memperingatkan sel-sel dalam tubuh sebelum sel virus. Untuk membuktikan ini, tim penguji sel-sel kekebalan tubuh, melakukan pengujian terhadap 3 spesies kelelawar, yakni kelelawar buah Mesir, kelelawar rubah hitam Australia, dan kelelawar monyet hijau Afrika. Kelelawar ini memiliki respon yang berbeda. Sel kelelawar monyet hijau Afrika sangat kewalahan melawan virus di dalam tubuhnya. Sedangkan kelelawar buah Mesir bernasib lebih baik, interferonnya merespons melalui sistem peringatan dini. Sementara kelelawar rubah hitam Australia menjadi yang terbaik dalam memperlambat infeksi virus dan membuatnya bertahan lebih lama, memungkinkan sel-sel tubuh tetap hidup.
Brook menyebutkan, “ketika kamu memiliki respons kekebalan yang lebih tinggi, sel-sel kamu akan dilindungi dari infeksi, sehingga virus dapat benar-benar meningkatkan tingkat replikasi tanpa menyebabkan kerusakan pada inangnya. Tetapi ketika itu menyebar ke makhluk lain seperti manusia, kita tidak memiliki mekanisme antivirus yang sama, dan kita bisa mengalami banyak patologi.
Ada 3 proses yang menyebabkan munculnya penyakit-penyakit virus. Pertama, mutasi dari virus yang sudah ada merupakan penyebab utama terjadinya penyakit virus yang baru. Virus RNA cendrung memiliki kecepatan mutasi yang lebih tinggi daripada biasanya, sebab replikasi dari asam nukleatnya tidak melibatkan tahapan perbaikan kesalahan replikasi seperti virus DNA. Beberapa mutasi ini dapat menyebabkan penyakit pada individu-individu baru. Kedua, penyakit virus baru yang penyebaran virus-virus yang sudah ada dari satu spesies ke inang ke spesies inang lainnya. Misalnya Hantavirus bisa ditemukan pada hewan pengerat, khususnya tikus deer mice. Peningkatan populasi tikus Amerika Serikat bagian Tenggara pada 1993, menyebabkan manusia terkena infeksi tersebut, ketika terhirup debu yang menggandung sedikit urine dan feses tikus.
Ketiga, deaminasi (penyebaran) virus dari suatu populasi terisolasi yang berukuran kecil dapat menyebabkan epidemic yang meluas. AIDS misalnya, penyakit yang telah menyebar ke seluruh dunia. Faktor teknologi dan sosial termasuk perjalanan antar negara, tranfusi darah, hubungan seksual, dan penyalahgunaan obat intravena, menyebabkannya mendunia.
Virus-virus yang bermunculan bukanlah virus baru, tapi merupakan virus lama yang memperluas teritori inangnya dengan berevolusi, dengan menyebar ke spesies yang baru, atau dengan penyebaran populasi spesies yang lebih besar. Virus Covid-19 terdiri dari selubung lipid bilayer (envelope), kemudian di bagian luarnya memiliki bagian yang menyerupai paku yang disebut glikoprotein, yaiutu tempat melekatnya virus tersebut untuk mencapai sel inang. Glikoprotein dari coronavirus dapat berikatan dengan glikoprotein sel inang secara spesifik untuk memulai terjadinya infeksi.
Saat Covid-19 mencapai sel inang, lalu meleburkan membrannya dengan membran sel-sel inang. Kemudian virus ditelan masuk oleh permukaan sel inang. Covid-19 masuk pada sel inang dengan melakukan penetrasi dan menginjeksi sel inang. Organ target yang paling menderita yang diserang adalah paru-paru. Jangan sembarang pegang mata, mulut, dan lain-lain. Karena kalau tangan membawa virus, bisa terserap melalui glukosa dan bisa terjadi penyakit, karena ini reseptornya akan mencari target sasarannya.
Untuk mencegah penyebaran virus, agar tetap berada di dalam rumah, kecuali untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Menggunakan masker ketika berhadapan dengan orang atau berkunjung ke tempat yang diduga terdapat penyakit coronavirus. Menutup mulut dengan tisu ketika batuk dan bersin, rutin mencuci tangan dengan sabun dan air, serta menghindari berbagi alat rumah tangga pribadi. Untuk mencuci tangan minimal selama 20 detik, terutama setelah dari toilet, ketika tangan kotor, sebelum makan, dan setelah batuk atau bersin.
Lalu, rekomendasi berikutnya adalah menggunakan penyenitasi tangan dengan kandungan alkohol minimal 60% jika tidak tersedia sabun dan air. Meludah di sembarang tempat juga harus dihindari. Supaya kita terhindar dari COVID-19.
Referensi:
- Cambell Reece-Mitcheell, Biologi Jilid 1 edisi 5, Penerbit Erlanggga
- https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_koronavirus_2019#Tanda_dan_gejala
- https://kumparan.com/kumparansains/jadi-inang-virus-corona-kenapa-kelelawar-tidak-sakit-dan-terinfeksi-1svCo8309XD
- https://www.alodokter.com/virus-corona
Penulis: Fauziah Zain (Guru Biologi SMAN 2 Padangpanjang)
Komentar