WPdotCOM — Pada masa-masa wabah Covid-19 ini, sebagai orang tua sangat penting memperhatikan perkembangan psikologis anak-anak dan remaja.
Anak dan remaja masih dalam tahap perkembangan. Lebih-lebih kepada remaja dalam masa sekolah, perkembangan psikologis mereka sangat labil dan tidak stabil. Dorong untuk mendengar aktif dan sikap pengertian dengan anak-anak dan remaja,sangat di perlukan pada masa terjadinya suatu bencana.
Anak-anak atau remaja, dapat menanggapi situasi sulit dan meresahkan dengan cara yang berbeda-beda. Maka dari itu, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian dan tindakan kita sebagai orang tua. Pertama, anak-anak menjadi manja kepada orang tua, gelisah, menyendiri, merasa marah atau resah, mengalami mimpi buruk, mengompol, sering berubah suasana hati, dll.
Kedua, anak biasanya merasa lega jika dapat mengungkapkan dan mengomunikasikan perasaan tidak nyaman di lingkungan yang aman dan mendukung. Tiap anak memiliki cara mengungkapkan emosinya. Terkadang, melakukan kegiatan kreatif, seperti bermain, menggambar dan membuat suatu pekerjaan yang kreatif dapat mempermudah proses ini. Bantulah anak mencari cara positif mengungkapkan perasaan tidak enak seperti amarah, takut dan kesedihan.
Ketiga, dorong terciptanya lingkungan yang sensitif dan peduli di sekeliling anak-anak dan para remaja. Anak-anak dan remaja memerlukan kasih sayang orang dewasa dan seringkali perhatian lebih dalam masa-masa sulit.
Keempat, ingat bahwa emosi anak-anak dan remaja sering terpengaruh oleh orang-orang dewasa yang penting bagi hidup mereka. Jadi, cara orang dewasa menanggapi krisis ini sangat penting. Orang dewasa perlu mengelola baik emosinya sendiri dan tetap tenang, mendengarkan kekhawatiran anak dan lembut berbicara serta menghibur anak. Jika pantas dan sesuai usia, dorong orang tua untuk memeluk anak-anaknya dan sering mengatakan mereka mengasihi dan bangga akan anak itu hingga anak merasa lebih baik dan aman. Serta memberikan suatu dorongan yang positif serta memberikan pemahaman terhadap anak-anak pada masa remaja.
Kelima, jika memungkinkan, buat kesempatan bermain dan bersantai bagi anak. Mengajak anak- anak memikirkan hal-hal yang positif.
Keenam, pastikan anak tetap dekat orang tua dan keluarga, jika dirasa aman untuk anak, dan sebisa mungkin untuk tetap bersama anak-anak atau remaja.
Ketujuh, jika Anak terpisah dari orang tua, pastikan kontak sering dilakukan (mis., melalui panggilan telepon, video) dan anak ditenangkan serta di berikan pemahaman. Pastikan semua langkah perlindungan dan keamanan anak atau remaja sudah diambil.
Kedelapan, sebisa mungkin tetap jalankan rutinitas dan jadwal yang ada atau bantu membuat aktivitas baru di lingkungan yang baru, seperti belajar, bermain dan bersantai. Jika mungkin, tetap jalankan kegiatan sekolah, belajar atau rutinitas lain yang tidak membahayakan anak-anak atau dilarang dinas kesehatan. Seperti belajar dengan porsi yang tidak akan menambah stres anak-anak atau remaja.
Kesembilan, berikan fakta tentang yang sedang terjadi dan informasi jelas yang sesuai, tentang cara mengurangi risiko infeksi dan tetap aman dalam bahasa yang dimengerti. Demonstrasikan kepada anak cara menjaga keamanan diri (mis., tunjukkan cara cuci tangan yang efektif, menjaga kebersihan serta kesehatan.
Kesepuluh, jangan berspekulasi tentang rumor atau informasi yang belum pasti. Kesebelas, berikan informasi tentang apa yang telah terjadi atau mungkin terjadi dengan cara yang menenangkan, jujur dan sesuai umurnya.
Keduabelas, dukung orang dewasa dengan kegiatan untuk anak atau remaja selama isolasi/karantina di rumah. Kegiatan-kegiatan ini sebaiknya menjelaskan tentang virus tetapi juga menjaga agar anak atau remaja tetap aktif ketika tidak masuk sekolah, seperti permainan mencuci tangan dengan lagu, cerita rekaan tentang penjelajahan virus di dalam tubuh, jadikan pembersihan dan disinfeksi rumah permainan menyenangkan, gambar virus/mikroba yang kemudian diwarnai oleh anak, dan jelaskan alat perlindungan diri (APD) kepada anak agar mereka tidak takut.
Untuk remaja, lakukanlah kegiatan-kegiatan yang positif di rumah serta kalau perlu bersama-sama dengan keluarga, serta mengontrol emosi anak atau remaja saat mereka mengerjakan tugas yang di berikan guru-guru di sekolah. Berikanlah tugas-tugas semampu anak agar tidak menambah kondisi stress bagi anak atau remaja.
Jadi,di saat kondisi adanya wabah atau suatu bencana, sebagai orang dewasa/orang tua harus bisa paham dan mengerti tentang kondisi anak-anak, sering kali kita lupa kepanikan atau ke khawatiran yang kita alami juga sangat berefek kepada anak-anak. Di saat skondisi seperti ini kita sebagai orang tua sangat berperan penting di dalam memperhatikan psikologis anak atau remaja, jangan sampai kita sebagai orang tua atau guru baik di sekolah maupun di rumah menambah- nambah efek stres kepada anak atau siswa.
Maka dari itu marilah kita bersama-sama, memberikan hal-hal yang positif serta kreatif terhadap perkembangan psikologis dari anak-anak sampai ke pada para remaja-remaja yang di dalam masa sekolah.
Sumber:
Handout WHO, Helping children cope with stress during the 2019-nCOV outbreak , Jenewa, 2020.
Rido Muhammad Ardi, S.Pd (Guru SMAN 2 Padangpanjang)