
WPdotCOM — Asesmen Kompetensi Miminum dan Survey Karakter dipilih sebagai pengganti UN sebagai standar kelulusan mulai tahun 2021. Hingga kini, sudahkah guru mendapatkan gambaran tentang penilaiannya?
Hingga kini, perbincangan tentang hal itu masih mengambang di kalangan guru secara nasional. Bila memang akan digunakan pada tahun 2021 nanti, berarti dihitung dari sekarang, waktunya tinggal hitungan bulan.
Sekali waktu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim menyampaikan, Survei Karakter akan dilakukan dalam bentuk non-tes. Akan ada alat ukur yang disiapkan yang sangat sulit diakali oleh oknum-oknum. Entah oknum yang mana yang dimaksud dalam kalimat tersebut.
Katanya lagi, ‘kalau survei ya survei.’ Survei itu akan dibuat dengan cara yang sangat sulit dipermainkan. Pada pernyataan tersebut, juga tidak jelas seperti apa jenis kegiatan penilaian Survei Karakter yang katanya akan menilai akhlak dan moralitas ke-Pancasila-an peserta didik itu.
Langkah yang dilakukan oleh Mendikbud itu, di kalangan guru masih menimbulkan kebingungan. Betapa tidak. Bila Survei Karakter dilakukan dalam bentuk non-tes, sementara hasilnya akan digunakan sebagai standar kelulusan, bukankah hal tersebut menjadi bertolak belakang? Satu sisi digunakan sebagai standar kelulusan, tapi dilakukan dalam bentuk non-tes, lalu apa bentuk sebenarnya?
Mencermati hal itu, dapat ditarik kesimpulan awal bahwa Kemdikbud sama sekali belum memiliki acuan yang jelas tentang standar Survei Karakter tersebut. Masih mengambang, seperti mimpi indah yang tidak bisa dituliskan dalam kalimat yang dapat dipahami khalayak.
Seharusnya, kebijakan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penilaian dan standar pendidikan, sebelum diumumkan lebih baik dikaji lebih dalam. Baik format, maupun teknis pelaksanaan. Jangan hanya bicara tentang kebijakan, lalu kebingungan saat ditanya tentang bagaimana petunjuk teknisnya.
Penulis sebagai pimpinan lembaga yang selalu mencermati persoalan pendidikan di tanah air, serta bergerak aktif dalam peningkatan sumber daya manusia pendidik, baik dalam bidang literasi menulis dan teknologi, maupun pada bidang penelitian potensi SDM pendidik, tidak melihat angin segar tentang persiapan AKM dan Survei Karakter itu. Alih-alih akan meningkatkan kualitas dunia pendidikan dan mutu lulusan, malah akan menjadi bencana baru yang membuat para pendidik menjadi semakin tenggelam dalam kebuntuan.
Namun demikian, perlu diingat, niat baik yang dilakukan pemerintah perlu diberi masukan yang membangun. Mendikbud perlu mengajak para pemikir dan tokoh pendidik yang terjaga netralitasnya untuk bicara tentang persiapan secara terbuka. Jangan main di belakang meja, karena ini persoalan bangsa. Bukan persoalan pribadi dan kelompok semata.
Penulis: Nova Indra (pimpinan lembaga Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia – P3SDM – Melati)