WPdotCOM, Kab. Boven Digoel — Akses pendidikan di Indonesia belum merata. Salah satunya adalah SD YPPK St. Yohones Kombut, sekolah yang ada di pedalaman Papua.
SD YPPK St. Yohones Kombut berada di perbatasan Indonesia – Papua Nugini. Desa Kombut adalah tapal batas Indonesia. Berada dalam Distrik Kombut, Kab. Boven Digoel Provinsi Papua.
Sekolah ini merupakan salah satu tempat anak-anak perbatasan untuk menimba ilmu. Antusias mereka untuk sekolah sangat tinggi. Akan tetapi minimnya tenaga pendidik serta fasilitas sekolah, membuat semangat mereka perlahan-lahan menghilang.
Sekam Desa Kombut, Yohanes kepada Warta Pendidikan menyebutkan, pihaknya berterimakasih kepada Dinas Pendidikan Provinsi Papua yang telah mengirimkan guru kontrak untuk melanjutkan proses pendidikan di sana.
“Harapan kami sebagai orang tua murid, anak-anak kami berhak untuk mengikuti pembelajaran di sekolah,” demikian ungkap Yohanes.
Karena kondisi daerah, tidak mudah untuk meninjau sekolah tapal batas ini. Selain infrastruktur yang tidak memadai, serta jarak yang ditempuh memakan waktu 6 jam dari pusat kabupaten, membuat sekolah ini masuk dalam kategori sekolah terisolir.
“Lewat ke sekolah ini pun tergantung cuac. Jika cuaca tak bersahabat, maka pupuslah harapan untuk bertahan hidup,” demikian ujar Korianus, salah seorang guru kontrak yang baru ditempatkan di SD YPPK Kombut.
Kepala sekolah SD St. Yohanes YPPK Kombut Gema, mengakui masih banyak permasalahan sekolah yang dipimpinnya. Di antaranya infrastruktur gedung dan koleksi buku.
“Akibat minimnya koleksi buku, literasi guru dan murid cukup rendah,” paparnya.
Reporter: Leonardus Labut