WPdotCOM — Telah memasuki minggu keempat para peserta didik di beberapa kota di Indonesia harus melakukan pembelajaran di rumah efek pandemi Covid-19. Awalnya, hanya 2 pekan kebijakan tersebut diterapkan.
Namun dikarenakan sebaran Covid-19 ini sudah mewabah, dan ada beberapa daerah yang sudah masuk zona merah, pemerintah setempat mengambil kebijakan untuk meliburkan kembali peserta didik dengan tujuan mengurangi penyebaran virus tersebut. Meskipun begitu, guru dan peserta didik tetap melaksanakan proses pembelajaran dari rumah.
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, telah mengeluarkan kebijakan agar sekolah-sekolah mewajibkan peserta didiknya untuk belajar di rumah. Kebijakan itu diambil sebagai upaya mencegah wabah Covid-19 yang diyakini menyebar dari manusia ke manusia melalui droplet dan jarak yang dekat antara orang yang positif Covid-19 dengan manusia lainnya. Kebijakan social distancing yang kemudian berkembang menjadi physical distancing, dimulai sekitar tanggal 16 Maret 2020 lalu. Dengan mengalihkan pembelajaran di rumah, maka setiap sekolah dituntut untuk melaksanakan pembelajaran secara daring.
Apakah pembelajaran daring itu? Secara ringkas, pembelajaran daring atau pembelajaran dalam jaringan adalah implementasi pendidikan jarak jauh yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan akses terhadap pembelajaran yang bermutu. Yang semula rutinitas pembelajaran ada di dalam kelas secara tatap muka, dan mungkin berjalan secara formalitas, maka semenjak pandemi Covid-19 ini mau tidak mau, bisa tidak bisa, semua komponen baik guru, kepala sekolah, maupun peserta didik harus melaksanakan pembelajaran secara daring.
Pembelajaran melalui media daring, dianggap menjadi solusi kegiatan belajar mengajar dapat tetap jalan di tengah pandemi Corona. Satu dua hari pembelajaran daring yang telah disepakati itu masih bisa berjalan sesuai rencana, tetapi beberapa waktu kemudian ternyata banyak menuai protes dan kontroversi. Menurut beberapa guru, sistem pembelajaran daring identik dengan pemberian tugas dan sangat efektif hanya untuk penugasan. Sementara pendapat yang lain menyatakan, metode daring adalah metode yang sangat sulit dalam memberi pemahaman kepada peserta didik dalam mempelajari materi suatu mata pelajaran.
Kendala lain dari pelaksanaan pembelajaran daring, berkaitan dengan kemampuan teknologi, letak geografis, dan tingkat perekonomian yang berbeda dari setiap peserta didik. Tidak semua peserta didik memiliki fasilitas yang menunjang untuk kegiatan belajar jarak jauh tersebut. Koneksi jaringan sinyal yang lambat, gawai yang tidak mumpuni atau masih ‘jadul’, dan juga biaya pembelian kuota internet yang mahal menjadi hambatan nyata.
Selain itu, juga berkembang keluhan di masyarakat dengan adanya metode pembelajaran daring ini. Sebagian peserta didik mengatakan kurang suka dengan sistem pembelajaran ini. Bagi mereka pembelajaran online dinilai kurang efektif untuk dilakukannya kegiatan belajar mengajar. Orang tua pun banyak yang mengeluhkan. Dan ujung-ujungnya berdampak pada kualitas para peserta didik.
Yang perlu dilihat juga adalah adalah letak geografis dari peserta didik tinggal. Mereka yang rumahnya di daerah pelosok atau berada di pegunungan, akan lebih susah untuk mengakses internet. Dampaknya jelas, mereka akan ketinggalan informasi yang telah disampaikan atau diinstruksikan.
Setelah tiga minggu pelaksanaan pembelajaran daring ini, ada beberapa dampak negatif yang dirasakan, antara lain, 1) Kurang efektifnya sistem belajar mengajar, 2) Peserta didik lebih sulit dalam memahami materi yang dipelajari, 3) Kurangnya interaksi sosial antar teman ataupun guru, dan 4) Peserta didik menganggap mudah terhadap sistem belajar ini, yang mengakibatkan sulit dalam memahami pelajarannya.
Dari pembelajaran daring ini, dapat diperoleh juga dampak positifnya, antara lain, 1) Peserta didik lebih mudah dan cepat memperoleh tugas dari guru pengajar, 2) Menciptakan kreativitas dan inovatif dalam metode pembelajaran dan proses belajar mengajar, 3) Dapat memaksimalkan komunikasi, transfer informasi, dan pengetahuan untuk melanjutkan peradaban.
Setiap kebijakan pastinya akan menimbulkan dampak baik itu yang bersifat positif maupun negatif. Begitu pula dengan pembelajaran daring yang harus diterapkan di saat negara sekarang sedang berjuang menghadapi pandemi virus Covid-19. Semua lini kehidupan merasakan dampaknya baik itu dari segi sosial, budaya, ekonomi, maupun pendidikan. Sebagai warga, tentu tidak perlu panik ataupun takut terhadap virus ini. Yang harus dilakukan adalah tetap berjalan seperti biasa, tetapi harus waspada dan selalu mengantisipasi terhadap segala hal berkaitan dengan pandemi virus Covid-19.
Adanya wabah pandemi Covid-19 jangan menjadi alasan untuk tidak melaksanakan pembelajaran. Bagaimanapun, dan dalam kondisi apapun, pembelajaran harus terus berlanjut. Setiap sekolah memiliki kebijakan masing-masing dalam menyikapi aturan ini. Beberapa sekolah merombak jadwal mata pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik setiap harinya. Mata pelajaran yang diberikan dalam satu hari hanya tiga jenis, ditambah dengan lembar kegiatan yang harus diselesaikan siswa setiap hari. Yang pasti, semua berharap virus Covid-19 ini segera hilang, dan pembelajaran bisa berjalan normal kembali.
Penulis: Drs. Khoirun, M.M.Pd (Guru SMA Negeri Ploso Jombang Mapel Sosiologi NIP.196207142008011003)