Melihat Anak Jalanan yang Putus Sekolah, Siapa yang Akan Disalahkan?

Berita Opini386 Dilihat

WPdotCOM — Miris rasanya melihat pemandangan yang  terlihat di sudut kota besar,  di mana masih ada anak usia sekolah  yang minta  belas kasihan.

Sekedar meminta uang receh dari penderma yang lalu-lalang. Kadang dia berdiri di persimpangan jalan, ada pula yang mangkal di lampu merah menunggu orang-orang yang mau memberi sedikit bantuan pada mereka.

Mereka adalah anak-anak dari keluarga yang kurang beruntung. Di mana orang tuanya tidak mempunyai penghasilan tetap. Jangankan untuk menyekolahkan anak,  untuk makan yang cukup dan tempat tinggal yang layak mereka tidak punya. Sementara kebutuhan hidup sangat mendesak.

Kita tahu, seumuran mereka seharusnya duduk di bangku sekolah, menikmati masa bermain dengan teman-teman seumuran. Kalaulah ditanya hatinya, mereka tidak mau hidup seperti itu. Tapi apa boleh dikata, kemiskinanlah yang membuat mereka terpaksa hidup di jalanan.

Kalau sudah begini,  siapa yang akan kita salahkan? Apakah akan menyalahkan orang tuanya, tetangga di sekitar tempat tinggalnya,  ataupun pemerintah?. Kalau menyalahkan orang tuanya, mungkin tidak tepat. Sebab mereka tidak berdaya, kemiskinan yang membuatnya begitu.

Kalau lingkungan sekitar tempat tinggal mereka yang kita salahkan, mereka juga tidak punya rejeki lebih untuk bisa memberi bantuan, sementara kehidupan mereka hanya cukup untuk keluarga inti saja, kadang juga kekurangan.

Dalam hal ini, pemerintah juga tidak bisa kita salahkan sepenuhnya. Sebab pemerintah telah berupaya untuk menyejahterakan rakyatnya dengan cara memberikan bantuan berupa Kartu Prasejahtera dan Kartu Jaminan Kesehatan.

Tapi kenyataan di lapangan, masih kita temui masyarakat yang seharusnya berhak mendapatkan bantuan, namun tidak memperolehnya. Mereka tidak mendapatkannya dengan berbagai dalih ini dan itu dari para pemangku kepentingan. Sementara ada sebagian masyarakat yang mampu, malah mendapat segala bentuk bantuan tersebut, disebabkan oleh faktor kolusi atau pun nepotisme.

Di sini, imbauan kepada masyarakat yang rasanya tidak berhak untuk menerima bantuan, perlu dilakukan.  Janganlah diambil yang seharusnya menjadi hak mereka.

Kalau saja masyarakat patuh dan disiplin, berempati dengan lingkungan, maka Insya Allah tidak akan kita temui lagi keluarga miskin di negeri yang kita cintai in. Sehingga semua anak bisa bersekolah dan bermain, seperti teman mereka yang beruntung.

Penulis: Epi Murni (Guru SMA Negeri 2 Padangpanjang, Sumbar)

Blibli.com
Blibli.com

Tinggalkan Balasan