WPdotCOM — Sudah diketahui bahwa banyaknya terjadi gempa, dukhan dan dajjal merupakan tanda dari sekian banyak tanda hari kiamat. Di dalam kitab Ensiklopedi Akhir Zaman yang ditulis Syaikh Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh disebutkan bahwa di antara tanda yang satu dengan tanda yang lain akan bermunculan susul-menyusul.
Ramadhan ini umat Islam sangat familiar dengan hadits tentang gempa, suara keras, dan huru-hara yang akan terjadi di malam Jumat tanggal 15 Ramadhan. Hal ini juga bertepatan dengan Ramadhan 1441 Hijriyah, 15 Ramadhan jatuh pada hari Jum’at.
Akibatnya, banyak umat yang panik ketakutan berlebih terhadap kebenaran peristiwa yang akan terjadi tersebut. Berikut ini akan saya sebutkan teks (lafazh) hadits tersebut dengan sanadnya, serta studi kritis para ulama terhadapnya.
قَالَ نُعَيْمٌ بْنُ حَمَّادٍ : حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ عَنِ ابْنِ لَهِيعَةَ قَالَ : حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ حُسَيْنٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنِ الْحَارِثِ الْهَمْدَانِيِّ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : “إذا كانَتْ صَيْحَةٌ في رمضان فإنه تكون مَعْمَعَةٌ في شوال، وتميز القبائل في ذي القعدة، وتُسْفَكُ الدِّماءُ في ذي الحجة والمحرم.. قال: قلنا: وما الصيحة يا سول الله؟ قال: هذه في النصف من رمضان ليلة الجمعة فتكون هدة توقظ النائم وتقعد القائم وتخرج العواتق من خدورهن في ليلة جمعة في سنة كثيرة الزلازل ، فإذا صَلَّيْتُمْ الفَجْرَ من يوم الجمعة فادخلوا بيوتكم، وأغلقوا أبوابكم، وسدوا كواكـم، ودَثِّرُوْا أَنْفُسَكُمْ، وَسُـدُّوْا آذَانَكُمْ إذا أَحْسَسْتُمْ بالصيحة فَخَرُّوْا للهِ سجدًا، وَقُوْلُوْا سُبْحَانَ اللهِ اْلقُدُّوْسِ، سُبْحَانَ اللهِ اْلقُدُّوْسِ ، ربنا القدوس فَمَنْ يَفْعَلُ ذَلك نَجَا، وَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ هَلَكَ
Nu’aim bin Hammad berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Umar, dari Ibnu Lahi’ah, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Abdul Wahhab bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit Al-Bunani, dari ayahnya, dari Al-Harits Al-Hamdani, dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: “Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal, kabilah-kabilah saling bermusuhan di bulan Dzul Qa’dah, dan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzul Hijjah dan Muharram”. Kami bertanya: “Suara apakah, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumat, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan shalat Subuh pada hari Jumat, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah: “Mahasuci Allah Al-Quddus, Mahasuci Allah Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus”, kerana barangsiapa melakukan hal itu, niscaya ia akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu, niscaya akan binasa”. (Hadits ini diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad di dalam Al-Fitan I/228, No.638, dan Alauddin Al-Muttaqi Al-Hindi di dalam kitab Kanzul ‘Ummal, No.39627).
Hadits ini merupakan hadits palsu (maudhu’), karena di dalam sanadnya terdapat beberapa perawi hadits yang bermasalah, di antaranya:
1. Nu’aim bin Hammad
Dia seorang perawi yang dha’if (lemah), Imam An-Nasa’i berkata tentang Nu’aim bin Hammad ini didalam Adh-Dhu’afa wa Al-Matrukin: “Dia seorang yang dha’if (lemah)”. Imam Abu Daud berkata: “Nu’aim bin Hammad meriwayatkan dua puluh hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam yang tidak mempunyai dasar sanad”. Hal senada pun disampaikan Imam Adz-Dzahabi: “Tidak boleh bagi siapa pun berhujjah dengannya, dan ia telah menyusun kitab Al-Fitan, kemudian menyebutkan di dalamnya keanehan-keanehan dan kemungkaran-kemungkaran” (As-Siyar A’lam An-Nubala X/609).
2. Abdullah bin Luhai’ah al-Hadhrami
Menurut Ibn Hajar al-Asqalani dalam Taqrib At-Tahdzib, ia dahulu pernah menjabat sebagai qadhi di Mesir, beliau seorang yang faqih, hafalannya kacau dan menjadi lemah setelah kitab-kitabnya terbakar. An-Nasa’i berkata: “Dia seorang yang dha’if (lemah)” (Adh-Dhu’afa wa Al-Matrukin, karya An-Nasa’i I/64 no.346). Yahya bin Ma’in menyampaikan beberapa komentar yang berbeda-beda. Hadits yang disampaikan sebelum rumahnya terbakar memadai untuk ditulis. Pernah juga mengatakan hadisnya lemah tidak patut dijadikan hujjah. Juga pernah mengatakan ia tsiqah tidak pernah pikun sepanjang hayatnya (Tahdzib at-Tahdzib, IV/135).
3. Abdul Wahhab bin Husain
Abdul wahab adalah seorang perawi yang majhul al-hal atau tidak terlacak identitasnya. Dari sekian banyak guru Abdullah bin luhai’ah tidak ada yang bernama Abdul Wahab bin Husain, (Tahdzib at-Tahdzib, IV/134). Al-Hakim dalam Al-Mustadrak berkata: “Dia seorang perawi yang majhul (tidak jelas jati dirinya dan kredibilitasnya)”, sedangkan Imam Adz-Dzahabi berkata di dalam At-Talkhish: “Dia mempunyai riwayat hadits palsu.” (Lisan Al-Mizan, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani II/139).
4. Muhammad bin Tsabit Al-Aslam Al-Bunani
Muhammad bin Tsabit Al-Aslam Al-Bunani adalah seorang yang gugur riwayatnya, Dia seorang perawi yang dha’if (lemah dalam periwayatan hadits) sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ibnu Hibban dan An-Nasa’i. Ia suka meriwayatkan hadits-hadits mungkar. Hadits-haditsnya boleh dikoleksi dan dibaca tetapi tidak boleh dipergunakan sebagi hujjah. An-Nasa’i berkata: “Dia seorang yang dha’if (lemah)”, sedangka Yahya bin Ma’in dalam Al-Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal berkata: “Dia seorang perawi yang tidak ada apa-apanya”. Seorag pakar hadits yang lain, Ibnu Hibban berkata: “Tidak boleh berhujjah dengannya, dan tidak boleh pula meriwayatkan darinya” (Al-Majruhin, karya Ibnu Hibban II/252 no.928).
5. Abu Zuhari al-Haris bin Abdillah al-A’war al-Kufi al-Hamdani.
Amir bin Surahbil berkata, “Demi Allah ia adalah salah seorang pendusta.” Adz-Dzahabi dan Ibn Hajar al-Asqalani mengatakan, bahwa al-Haris al-Hamdani tertuduh sebagai rafidhiy dan hadisnya lemah. Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa al-Haris al-Hamdani hadisnya lemah, namun tsiqah untuk hadis yang ia riwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, sedankan An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia bukan seorang perawi yang kuat hafalannya” (Al-Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal, karya Ibnu ‘Adi II/186 no.370).
Dilain sisi, Penulis ingin menyampaikan bahwa dalam sebuah artikel yang dibuat Abdur Rahman seorang mahasiswa doctoral jurusan Astronomi di Universitas of Bern Swiss, beliau juga seoranng peneliti sains antariksa Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional mengatakan bahwa berdasarkan pengamatan dan permodelan asteroid tidak ada indikasi bahwa akan ada tabrakan Antara asteroid dengan bumi dalam waktu dekat ini.
Dengan demikian disimpulkan bahwa soal hadits huru-hara, dukhan dan suara keras di pertengahan Ramadhan adalah hadis palsu yang tidak bisa dijadikan sebagai hujjah dalam beragama, karena hadits tersebut merupakan hadits maudhu, Tidak boleh diyakini sebagai kebenaran, dan tidak boleh dinisbatkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Disamping sanad hadits ini tidak ada yg dapat diterima, juga realita telah dalam kebiasaan beberapa tahun di Ramadhan sebelumnya juga telah membantahnya. Namu tidak mengurangi kepercayaan kita terhadap akan adanya hari kiamat serta tanda-tanda yang dijelaskan Rasulullah 14 abad yang silam.
Persoalan kapan terjadinya kiamat, tidak ada seorangpun yang mengetahui, bahkan sekelas kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) sekalipun. Semuanya adalah hak perogratif Allah dan hanya Allah yang mengetahui kapan waktunya. Itulah sebabnya setiap pertanyaan dalam Al-Quran tentang waktu terjadinya kiamat, Allah mengalihkan jawabannya kepada hal yang lain. Dalam ilmu Badi’ disebut dengan Uslub Al-Hakim. Wallahu A’lam.
Penulis: Ferki Ahmad Marlion (Dosen IAIN Batusangkar)