WPdotCOM, Lembata — Bukan hanya memroduksi ember cuci tangan ribuan unit dan membagikannya secara gratis kepada masyarakat. Ribuan masker juga diproduksi dengan biaya sendiri.
John SJ Batafor bersama relawan komunitas Taman Daun Bluwa-Kelurahan Lewoleba Barat-Kabupaten Lembata-Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan uang sendiri memroduksi ribuan masker dan membagikannya secara gratis pula kepada masyarakat di beberapa lokasi pasar di kota Lewoleba-Kabupaten Lembata.
Rasa peduli anak muda paruh baya itu tak sampai di situ. Dua minggu sebelumnya, bersama relawan Taman Daun, mereka juga mengunjungi bapak Abdul Kade Bage, seorang pria setengah tua yang tidak bisa berjalan semenjak ditinggal almarhumah istri tercinta di desa Waijarang-Kecamatan Nubatukan-Kabupaten Lembata, dan meyantuninya sepasang tongkat.
Demikian kisah Kerry Burin, salah satu relawan komunitas Taman Daun Lembata, pada Selasa (5/5) saat Warta Pendidikan mewawancarainya usai mengunjungi beberapa keluarga yang secara ekonomi memprihatinkan dan juga didominasi single parents, para janda dan lansia.
“Sesuai data yang kami dapat di lapangan, target kita pada hari ini mestinya sepuluh rumah yang harus kita kunjungi untuk membagikan sembako sebagai bentuk kepedulian di masa pandemi Covid-19. Akan tetapi, malam ini kita cukupkan sampai di sini (rumah Aris-red) dulu nanti esoknya (Rabu, 6/5) baru kita lanjutkan kunjungan kita,” ungkap Koordiator relawan Taman Daun John S J Batafor saat mendatangi rumah Aris.
Ternyata kunjungan dua hari sebelumnya (5-6/5/2020) itu membuat tim relawan Taman Daun terharu, karena saat mereka memasuki rumah Aris, mereka mendapati Aris sedang menjaga ibunya berbaring lesu di tempat tidur ruang depan rumah mereka usai memberi ibunya makan.
Menurut Kerry Burin, para relawan tidak kuasa menahan haru menyaksikan kondisi di rumah Aris, sekaligus mendengarkan kisah perjalanan hidupnya yang dengan setia menjaga ibunya kurang lebih satu setengah tahun ini.
“Aris telah menjadi inspirasi bagi kami semua yang hadir malam ini dan juga kaum muda pada umumnya. Dia (Aris-red) telah menjadi contoh bagaimana memupuk rasa setia dalam pelayanan melalui menjaga dan merawat orangtua secara tulus dengan segala fasilitas yang serba kekurangan melilitnya,” ujar Kerry Burin.
Aris Blikon, anak muda berusia 26 tahun saat diwawacarai mengatakan, ibunya sudah sakit kurang lebih tiga tahun, namun kondisi semakin parah sampai ibunya lumpuh sehingga tidak bisa berjalan satu setengah tahun belakangan ini.
Aris mengisahkan, sebelum ibunya jatuh sakit, dirinya sempat menjadi karyawan PT. Rerolara, salah satu perusahaan kopi yang beralamat di Hokeng-Kecamatan Wulanggitang-Kabupaten Flores Timur-NTT. Menurutnya, saat ia mendengar kabar bahwa ibunya jatuh sakit, ia memutuskan pulang ke Lembata.
“Saat mendengar kabar mama jatuh sakit, saya akhirnya memutuskan untuk pulang ke Lembata. Saat pergi dari rumah, saya hanya mengenakan pakaian di badan, uang transport dari Hokeng-Larantuka-Lembata. Sedangkan pakaian yang lainnya juga gaji yang saya dapatkan dari upah kerja selama satu tahun, saya tidak bisa bawa pulang karena semuanya telah saya serahkan pada pacar saya,” kisah Aris dengan tenang.
Saat mendapat kunjungan dari relawan Taman Daun, Aris mengaku kaget karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Kepada media ini, ia mengisahkan, praktis satu tahun lebih ini, dia hanya berada di rumah menjaga dan merawat ibunya yang kini hanya berbaring di tempat tidur.
Di sela-sela kunjungan hari kedua itu, Ipda Martinus Gowing yang diminta oleh John S.J. Batafor untuk ikut bersama rombongan relawan dan berkesempatan hadir mengatakan, ia masih melihat banyak masyarakat miskin yang luput dari jangkauan perhatian pemerintah. Menurutnya, keluarga seperti yang dialami Aris mesti menjadi prioritas perhatian dari pemerintah setempat.
Pewarta: Albertus Muda