WPdotCOM, Jakarta – Rencana kembali membuka sekolah secara tatap muka di tengah wabah Covid-19 masih mengantui semua warga, ditentang oleh warga yang mengkhawatirkan anak-anaknya.
Mengingat tingginya tingkat penyebaran melalui transmisi lokal saat ini, dikhawatirkan akan membuat anak-anak mereka terpapar virus mematikan itu saat harus kembali berangkat sekolah seperti sebelum pandemi ini merebak.
Apalagi dengan banyaknya berita yang menyebutkan di beberapa negara terjadi penularan yang sangat cepat di kalangan peserta didik, saat sekolah kembali dibuka seperti di Finlandia dan Prancis.
Hal itulah yang membuat salah seorang warga bernama Hana Handoko membuat petisi melalui laman web Change.org. Hana menuliskan kekhawatiran yang isinya meminta pemerintah khususnya Menteri Pendidikan, untuk menunda tahun ajaran baru 2020 – 2021.
Dalam petisi tersebut Hana menuliskan, apakah pemerintah yakin untuk membuka kembali tahun ajaran baru seperti biasanya? Atau dengan protokoler keamanan Covid-19, apakah tetap bisa menjamin anak-anak dan guru tidak terpapar virus Covid1-9 di lingkungan sekolah? Apakah anak-anak bisa setiap saat untuk menjaga jarak (social distancing) dengan teman-temannya.
“Apakah anak-anak akan dengan teratur dan tertib untuk mencuci tangan setiap menyentuh apapun? Apakah anak-anak akan bisa selama jam belajar untuk terus-terusan menggunakan masker tanpa membukanya? Apakah anak-anak akan aman dan bisa menjaga jarak minimal 1,5 meter di jam istirahat sekolah dan makan siang, bahkan saat masuk dan keluar dari lingkungan sekolah?” tulis Hana lagi.
Hana juga menyebutkan, apakah pihak sekolah mampu untuk setiap saat melakukan pensterillan kursi, meja di dalam kelas, tangga, peralatan sekolah anak, maupun setiap sudut limgkungan sekolah dengan hand sanitizer?
“Dari dua kasus (Prancis dan Finlandia – red) ini, besar harapan saya sebagai seorang ibu agar pemerintah menunda tahun ajaran baru atau setidaknya memperpanjang kegiatan belajar secara online dari rumah. Supaya anak-anak sebagai penerus bangsa tidak harus kehilangan nyawanya akibat hidup damai dengan Covid-19 dan juga meminimalkan kenaikan PDP dan OPD,” tulis Hana.
Sementara itu, seorang ibu yang memiliki 2 anak yang masih duduk di bangku SD, kepada Warta Pendidikan menyebutkan, ia menyetujui petisi tersebut.
“Sangat beresiko bila sekolah kembali dibuka seperti biasa. Ini bukan persoalan anak rindu sekolah, rindu guru dan temannya. Ini persoalan nyawa. Kalau anak kami terpapar virus Corona, memangnya guru dan pemerintah bisa menyembuhkan?” ujarnya.
Sejak petisi online itu dibuat, hingga pagi ini, Jumat (29/5) saat berita inji ditayangkan, telah ditandatangani 40.846 orang. (*/tim)