WPdotCOM, Jakarta — Rencana pemerintah menerapkan tatanan kehidupan baru atau yang dikenal dengan sebutan new normal mendapat tanggapan beragam dari berbagai pihak.
Hal itu disebakan terlalu riskan bila dalam kondisi wabah Covid-19 masih cukup tinggi dan banyak daerah yang belum mampu mengatasinya. Apalagi hingga kini belum ada obat untuk penyembuhan virus mematikan itu.
Menanggapi hal tersebut, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboebakar Alhabsyi turut bersuara. Ia mengingatkan pemerintah agar belajar dari pengalaman negara lain yang menerapkan new normal karena menganggap masyarakat sudah bisa menjaga diri dengan protokol kesehatan.
Contoh negara yang ia sebutkan adalah Korea Selatan. Korea Selatan sempat dianggap berhasil mengendalikan Covid-19, lalu melonggarkan aktivitas masyarakat dan bersiap untuk transisi menuju new normal. Tapi apa nyana, baru saja masyarakat kembali beraktivitas, termasuk institusi pendidikan negara itu kembali dibuka, muncul lagi ledakan kasus corona di negeri ginseng itu.
“Belajar dari Korsel, baru dua pekan mereka bikin new normal, sekarang sudah naik lagi angka Covidnya. Akibatnya sekarang Korsel akan melakukan pembatasan kembali,” ujar Aboebakar, Minggu (31/5) seperti dikutip dari vivanews.
Sementara itu di Indonesia, dari berbagai sumber satuan tugas di daerah masih terlihat kasus-kasus positif baru dari wabah Covid-19. Dan kasus baru tersebut masih fluktuatif. Misalnya Surabaya, belum mampu mengendalikan penyebaran virus tersebut sehingga kondisinya makin mengkhawatirkan. Diikuti daerah lain yang juga tetap dengan kasus baru yang cukup tinggi.
Anggota Komisi III DPR ini juga termasuk menyoroti sekolah yang akan dibuka juga seiring kebijakan new normal. Rencana itu juga tidak ringan risikonya. Apalagi, berdasarkan data KPAI, sebanyak 831 terinfeksi Covid-19.
“Tidak mudah menerapkan protokol kesehatan di sekolah, apalagi keterbatasan APD sejenis masker, demikian pula keterbatasan luas ruang kelas untuk menerapkan physical distancing,” katanya. (*/sumber:viva)