WPdotCOM, Jakarta — Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebut Indonesia akan mengalami fenomena Titik Balik Matahari atau Solstis Utara pada hari ini, Minggu (21/6). Bertepatan dengan terjadinya Gerhana Matahari Cincin.
Fenomena ini disebut sebagai Cincin Api Solstis. LAPAN mengatakan Cincin Api Solstis cukup langka dialami karena terjadi terakhir kali pada 21 Juni 1648 dan akan terulang lagi pada 21 Juni 2039 atau 19 tahun lagi.
Dikutip dari CNN Indonesia, istilah Summer Solstice ini memang dikenal karena keberadaan Matahari di titik paling utara menandai berlangsungnya siang hari terlama di belahan utara atau malam terpendek sepanjang tahun.
Bagi masyarakat di belahan selatan, keberadaan Matahari di atas khatulistiwa merupakan Winter Solstice atau titik balik musim dingin yang menandai peralihan musim gugur ke musim dingin. Belahan bumi selatan akan mengalami siang hari terpendek sepanjang tahun karena belahan bumi utara akan mengalami malam hari terlama.
Penambahan waktu siang hari tak akan terasa di Singapura dan Indonesia. Sebab negara yang berada di belahan bumi utara tetapi hanya sedikit di atas garis khatulistiwa.Indonesia, Singapura beserta negara di belahan bumi utara, hanya akan mendapat 11 menit penambahan waktu siang hari.
Dikutip dari situs Langit Selatan, pada saat titik balik, Matahari disebut tidak akan terbit tepat di timur tapi agak lebih ke utara dari arah timur dan akan terbenam juga lebih ke utara dari arah barat.
Matahari akan bergerak ke utara langit sampai kemudian pada Juni ia akan berada pada titik terjauhnya di Utara atau yang juga dikenal sebagai titik balik musim panas.
Pada saat Summer Solstice, Matahari akan berada pada posisi terjauhnya di atas khatulistiwa yakni lintang 23º 27′ LU.
Pada saat Solstis, Matahari akan tampak berada pada perbatasan rasi Taurus dan Gemini karena Matahari akan tampak bergerak ke rasi Gemini.
Ketika Matahari di titik paling utara, ia berada di rasi Cancer sehingga titik tersebut juga dikenal sebagai Tropic of Cancer. (*/cnnindonesia)