WPdotCOM, Semarang – Anggota Komisi X DPR RI Desy Ratnasari mengungkap dasar pemikiran didirikannya pendidikan vokasi ditujukan untuk mempermudah lulusan-lulusannya masuk ke dalam arena dunia kerja.
Untuk itu, ia bersama Komisi X DPR RI melakukan Kunjungan Kerja ke SMKN 7 Semarang, atau yang dulu dikenal sebagai SMKN Pembangunan.
Selain untuk menyerap aspirasi dan menjalankan fungsi pengawasan, nantinya masukan mengenail hal-hal krusial terkait pendidikan di tingkat pendidikan kejuruan tersebut akan digunakan sebagai referensi Panja Pendidikan Vokasi yang saat ini sedang berjalan.
“Dengan hadir ke sini, kita melihat bahwa SMK 7 ini memiliki jangka waktu pendidikan yang cukup panjang dibandingkan dengan SMK lainnya, karena merek sampai 4 tahun. Adanya perbedaan, ini kita sangat harapkan sekali lulusannya bisa langsung siap pakai dan bersaing dalam dunia kerja, dengan tenaga kerja lainnya, tidak hanya di Indonesia tetapi juga mancanegara. Tentu harus ada tambahan kompetensi yang harus dikembangkan, dan link and match dengan industri juga menjadi satu yang sangat penting,” kata Desi usai meninjau SMKN 7 Semarang bersama Tim Kunker Reses Komisi VII DPR RI, di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (9/10).
Berdasarkan hasil pertemuan, diketahui bahwa setidaknya puluhan siswa SMKN 7 Semarang akan mendapat kesempatan menimba ilmu ke Asia dan Eropa. Sebanyak total 45 siswa SMKN 7 Semarang, ditambah 10 siswa SMKN lainnya, mereka direncanakan berangkat pada 2021 mendatang.
Jumlah tersebut merupakan pelajar yang sudah lolos seleksi diklat pekerja migran, yang masih akan mempelajari ilmu bahasa selama 2 bulan di SMKN 7 Semarang. Program inilah yang merupakan bagian dari program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait link and match untuk sekolah vokasi.
Desi menilai model-model program yang sudah berjalan tersebut, mampu menghasilkan lulusan cemerlang. Bahkan, dirinya menilai skema tersebut menjadi perlu untuk dimaksukan kedalam Peta Jalan Pendidikan Indonesia, dalam kategori sekolah vokasi.
“Karena keinginan kita untuk menyekolahkan anak kita, sebagai orang tua, tentu agar bisa berkarya, bermanfaat, dan menghasilkan kesejahteraan bagi mereka sendiri maupun bagi masyarakat luas,” ungkap politisi Fraksi Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Peta Jalan Pendidikan Vokasi, dianggap Desi, menjadi sangat penting untuk melihat bagaimana sekolah vokasi seperti SMKN 7 Semarang mempunyai tautan dan keterkaitan dengan industri-industrindi Indonesia maupun di luar negeri.
“Tapi yang penting, jangan sampai kita bias berkolaborasi dan memahami apa yang menjadi kebutuhan industri, tetapi kita melupakan karakter anak-anak bangsa kita, ini yang jangan sampai,” lanjutnya.
Untuk itu, peta pendidikan harus bisa membentuk karakter bangsa yang mampu membedakan para pekerja Indonesia yang berkualitas dan berprestasi, berbeda dengan tenaga kerja dari negara lainnya. Dengan begitu, tercipta kesan industri mancanegara bahwa pekerja Indonesia mempunyai karakteristik dengan kualitas yang bagus.
Sehingga, Desi menilai dibutuhkannya kontribusi semua stakeholder untuk mampu mewujudkannya dalam konteks penyusunan peta jalan pendidikan.
Di tengah pandemi Covid-19, Desi mengungkap kesulitan yang dihadapi tenaga pendidikan yaitu memastikan dan menjamin lulusan-lulusan pendidikan kejuruan mampu mencapai kemampuan aplikasi kemampuan yang telah dipelajari di tingkat sekolah menengah atas tersebut. Disamping itu, menjadi tantangan bagi semua pihak terkaut bagaimana tetap melangsungkan kegiatan pendidikan kejuruan di tengah era Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) ditengah pandemi seperti sekarang ini.
“Tentu itu menjadi tantangan bagi kita, bagaimana kita bisa mencari metode yang paling baru dan inovatif, dalam hal pembelajaran di tengah pandemi. Apakah sekolah tatap muka l bisa meng-cover kebutuhan mereka yang masih harus melakukan praktik lapangan. Mungkin kalau jurusan tertentu yang tidak membutuhkan alat dan fasilitas yang hanya dimiliki sekolah, itu bisa dilakukan. Tapi kalau terkait dengan jurusan mesin, ini kan tidak bisa dilakukan tanpa kelas tatap muka, nah ini bagaimana apakah bisa dikakukan tatap muka individual atau seperti apa, kita cari formulanya” tutup Desi. (parlementaria/alw/sf)