WPdotCOM, Jakarta – Berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia menduduki urutan ketiga tertinggi angka kematian ibu (AKI) dibandingkan negara-negara Asean pada tahun 2017, yaitu dengan 177 kematian per-100 ribu kelahiran.
Pemerintah pun melakukan berbagai upaya untuk menurunkan AKI. Salah satu cara yang dinilai paling efektif yaitu dengan mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Namun, faktanya, tidak semua perempuan memiliki kecocokan saat melakukan program KB terutama dalam penggunaan alat kontrasepsi.
Asisten Deputi Peningkatan Kualitas Kependudukan dan Keluarga Berncana Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Imam Pasli menjelaskan, korelasi antara AKI dengan tingginya angka unmet need.
“Unmet need adalah kebutuhan KB yang belum terpenuhi. Tingginya angka unmet need di Indonesia berpeluang terhadap tingginya angka kematian ibu, hal itu dikarenakan akibat kehamilan yang tidak diinginkan,” tuturnya saat Rapat Koordinasi Penurunan Angka Unmet Need Melalui Optimalisasi Pelayanan KB di Seluruh Wilayah dan Kelompok Sasaran, Jumat (23/10).
Hemat Imam, untuk menurunkan AKI maka kebutuhan KB khususnya pemenuhan alat kontrasepsi harus terpenuhi. Di samping itu, optimalisasi KB melalui pendampingan dan bimbingan kepada calon peserta KB serta peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB mutlak diperlukan.
Direktur Bina Pelayanan KB Wilayah Khsuus Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Maria Evis Ratnawati mengungkap berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, tren penggunaan alat kontrasepsi atau cara KB didominasi oleh KB suntik (32%) disusul KB pil (14%), IUD (4%), dan Implant (3%).
Sedangkan, untuk angka unmet need mengalami penurunan dari SDKI 1991 s.d. 2017. Namun di tahun 2019 mengalami peningkatan dan belum tercapai target RPJMN (12,1% dari target 9,9%). Sehingga masih diperlukan kerja keras dan kerja sama lintas sektor untuk menurunkan unmet need.
“Harapannya ,dengan kita bisa menurunkan unmet need dapat menurunkan angka kematian ibu. Oleh karena itu upaya yang bisa dilakukan ialah dengan melakukan konseling dan juga harus ada semacam role model yang akan diikuti oleh masyarakat,” pungkas Evi. (*/pmk)