WPdotCOM – “Menulis adalah mencipta, dalam suatu penciptaan seseorang mengarahkan tidak hanya semua pengetahuan, daya, dan kemampuannya saja, tetapi ia sertakan seluruh jiwa dan napas hidupnya” (Stephen King).
Menulis itu merupakan salah satu bentuk ekspresi diri. Kita bisa meluapkan segala ekspresi kita melalui tulisan. Oleh karena itu, menulis harus dilakukan dengan emosi dan dilakukan secara konsisten. Menulis dengan emosi akan membuat tulisan menjadi lebih hidup, bertenaga sehingga menjadi kekuatan tersendiri untuk membangkitkan emosi pembaca.
Dan konsistensi dalam menulis, otak kita akan terbiasa menghadapi begitu banyak syarat dan hambatan. Pada akhirnya, otak kita akan terbiasa mencari ide dan solusi akan permasalahan tersebut.
Menulis Dengan Emosi
Mengapa suasana dan emosi dirasa perlu untuk diolah lalu dituangkan ke dalam tulisan? Karena saat kita menulis dengan memainkan suasana dan emosi, maka tulisan yang dibuat pun akan memiliki rasa. Sehingga pembaca pun akan menikmati tulisan yang dibuat.
Dalam menulis, jangan ragu untuk menuangkan semua ide yang dimiliki. Anggap saja sama seperti menulis diary, namun dengan berbagai bentuk tulisan. Saat sudah terbiasa, menulis pun akan menjadi kegiatan yang menyenangkan dan bahkan membuat candu kepada orang yang melakukannya.
Oleh karena itu, mulailah menulis dengan hati, dan perbaiki tulisan itu dengan pikiran. Menulis dengan hati, tidak lain tidak bukan adalah menulis dengan emosi.
Suasana juga dapat mempengaruhi gaya bahasa yang digunakan. Seperti saat suasana sedih, gaya bahasa yang digunakan akan lebih puitis dan mendayu-dayu.
Namun bagi yang belum terbiasa menulis, tak perlu minder. Karena tidak menggunakan gaya bahasa bak di novel. Gunakan kata-kata sendiri, sehingga akan memunculkan gaya menulis yang menjadi ciri khas masing-masing.
Setidaknya ada tiga hal penting agar menulis dengan emosi. Ketiga hal menulis dengan emosi tersebut adalah:
Pertama adalah, menulis dari pengelaman hidup yang pernah dialami dalam hal ini menggali pengelaman hidup diri sendiri maupun pengelaman hidup orang lain. Kedua, menulis dari kecenderungan-kencenderungan, atau meminati akan hal-hal tertentu yang anda alami. Dan yang ketiga, ketika anda ingin menyampaikan sebuah pesan
Melatih Konsitensi
Waktu seakan menjadi terbatas untuk menulis. Ketika aktivitas yang sangat padat, sehingga tidak ada semenit pun yang tersisa untuk menulis.
Belum lagi tidak disiplin, dan sering kali keteteran atau mengalami kesulitan dalam membagi waktu untuk menulis.
Pertanyaan yang selalu menghantui alam khayal penulis, ”bagaimana sih caranya supaya bisa menulis meski memiliki aktivitas yang banyak super-super sibuk? Walaupun kenyataannya, keadaan normal atau biasa-biasa saja terkadang dipaksakan dibuat sibuk, heheheheh.” Inilah yang menyebabkan kegiatan menulis menjadi tidak konsisten.
Setidaknya ada 5 solusi agar konsisten menulis:
Pertama, memiliki waktu khusus. Siapkan waktu khusus untuk menulis minimal 1 jam dalam 24 jam/hari dan cari waktu yang pas untuk melakasanakan akitifitas menulis.
Kedua, milikilah tempat khusus. Upayakan dikondisikan agar disiapkan tempat khsusus untuk kegiatan menulis. Ini dimaksudkan , ketika melihat tempat tersebut, selalu tergerak hati untuk menulis.
Ketiga, milikilah sarana untuk menulis. Upayakan memiliki sarana yang khusus hanya untuk menulis. Sehingga ketika melihat sarana itu tergerak hati untuk menulis.
Keempat, milikilah tujuan khusus. Apakah tulisan kita tujuannya untuk edukasi, kesehatan, keluarga, dan lain sebagainya.
Kelima, memaksakan diri untuk menulis. Paksakan diri untuk menulis pada waktu yang sudah ditetapkan. Pada tempat yang sudah dikondisikan, dengan menggunakan sarana yang sudah disiapkan. Dan menulis sesuai dengan tujuan khusus dari tulisan anda.
Pramoedya Ananta Toer menyebutkan, “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Penulis: Viktorinus Rema Gare