WPdotCOM, Jakarta – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga menegaskan bahwa seluruh masyarakat Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama atas pendidikan dan kemerdekaan belajar.
Pasalnya, pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mencapai Indonesia maju. Menteri Bintang berpendapat pendidikan merupakan hak asasi manusia.
“Baik anak perempuan, anak laki-laki, perempuan dewasa, maupun laki-laki dewasa berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk dapat memerdekakan dirinya dan memerdekakan bangsanya lebih jauh melalui pendidikan,” ujar Bintang dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional yang diselenggarakan Lembaga Pemberdayaan Wanita Seni dan Budaya Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) secara daring pada Minggu (9/5).
Profil Perempuan Indonesia Tahun 2020 menunjukkan rata-rata lama sekolah (RLS) laki-laki sudah melampaui target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yaitu 8,8 tahun. Pada tahun 2019, RLS laki-laki sudah mencapai 9,08 tahun, sedangkan perempuan baru 8,42 tahun.
“Dengan demikian, RLS pada perempuan hanya setara di bawah kelas 9 atau SMP/sederajat. Sementara RLS laki-laki menyelesaikan jenjang sekolah SMP/sederajat. Tentunya ini juga akan sangat berpengaruh terhadap penghidupan yang layak di masa dewasa, bahkan kerentanan terhadap kekerasan,” ungkap Bintang.
Selain itu, Menteri Bintang menyebutkan, Profil Anak Indonesia Tahun 2020 menggambarkan bahwa 1 dari 9 anak perempuan telah menikah pada tahun 2018. “Perkawinan anak nyatanya sangat berpengaruh terhadap pendidikan. Bahkan perkawinan anak merupakan penyebab utama putus sekolah bagi remaja perempuan,” imbuhnya.
Sementara itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim menyatakan, saat ini pemuda dan pemudi Indonesia telah banyak meraih prestasi di bidang olahraga, sains, maupun kebudayaan. Namun menurutnya, selain pencapaian yang diwujudkan dalam bentuk trofi atau piagam penghargaan, jiwa kompetitif juga menjadi hal esensial yang perlu diperhatikan.
Lebih lanjut, Nadiem menuturkan bahwa seseorang yang memiliki jiwa kompetitif biasanya akan selalu bersemangat dalam menjalankan kesehariannya, serta tidak mudah menyerah saat berhadapan dengan tantangan dan kegagalan. Menurutnya, karakter tangguh tersebut wajib ditanamkan dalam diri setiap pelajar Indonesia sejak dini karena mereka yang menentukan nasib dan arah masa depan Indonesia.
“Dalam hal ini penanaman jiwa kompetitif juga membutuhkan proses yang tidak singkat dan mudah, ada kebiasaan dan pola pikir lama yang harus kita tinggalkan, serta sistem yang harus ditransformasi. Kami mengupayakan hal tersebut melalui merdeka belajar, sebagai sebuah kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki sistem pendidikan Indonesia secara holistik dan berlaku di semua jenjang pendidikan,” ujar Nadiem.
Direktur Utama PT Aneka Gas Industri Tbk., Rachmat Harsono yang juga hadir sebagai narasumber sepakat pentingnya merdeka belajar, khususnya dari perspektif dunia usaha. Pasalnya, dengan adanya kemerdekaan belajar, seperti melakukan magang atau riset di dunia industri, peserta didik bisa mendapatkan experiential learning.
Menurut Rachmat, experiential learning atau pembelajaran melalui pengalaman langsung akan berbeda dan lebih bisa diimplementasikan daripada pembelajaran di dalam kelas.
“Semakin banyak sektor swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun pemerintahan membuka peluang bagi mahasiswa untuk magang dan memberikan mereka kurikulum sehingga mereka bisa mempraktekkan apa yang ada di kampus, itu akan lebih bagus,” kata Rachmat. (SP)