Unik, Sekolah Ini Terapkan Tema Berbeda Tiap Bulan untuk Bangun Karakter Siswa

Berita Daerah79 Dilihat

Bantul –  Upayakan pendidikan karakter siswa-siswi, guru Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) LHI Jogoragan, Banguntapan, Bantul Yogyakarta mencetuskan proyek pengajaran dengan tema yang beragam tiap bulannya. Di bulan Januari hingga Februari ini, sekolah menerapkan projek bertema kepahlawanan.

Kepala SDIT LHI Mulatiningsih mengatakan, tema kepahlawanan dipilih agar para siswa dapat mengenal karakter seorang pahlawan yang sebenarnya. Pengaplikasian projek di masing-masing kelas pun berbeda-beda. “Kali ini, kita memilih tema kepahlawanan. Dari kelas satu sampai lima semua menjalankannya, namun pengajarannya berbeda-beda,” katanya, Kamis (25/1).

Hal yang diajarkan di kelas paling awal adalah bagaimana siswa menganggap orang tua sebagai pahlawan. Sehingga, hal yang ditanamkan adalah bagaimana siswa dapat mencintai keluarga.

Uniknya, untuk pengajaran di kelas dua siswa diminta untuk menggendong boneka di perut masing-masing. Hal itu dilakukan guna mendidik siswa, untuk bisa memahami dan mengaplikasikan bagaimana menganggap orang tua sebagai pahlawan.

Sementara kelas tiga bertema pahlawan nasional, pahlawan global untuk kelas empat. Diharapkan siswa kelas empat dapat memberi kemanfaatan untuk lingkungan sekitarnya. Terlebih lagi kelas lima ditanamkan karakter bagaimana siswa bisa menjadi seorang pahlawan.

“Untuk kelas lima, bagaimana mereka bisa menganggap dirinya sebagai seorang pahlawan ‘the Hiro is me’ itu yang dikuatkan di tema projek ini,” jelasnya.

Seusai projek bertema pahlawan Februari mendatang, diharapkan siswa dapat mengenali karakter pahlawan mulai dari orang-orang terdekat sampai kepada dunia global. Sehingga siswa bisa menjadi orang baik. “Ini sebagai langkah mendidik karakter siswa di SDIT LHI,” tegasnya.

Sementara pada Maret, April, dan Mei mendatang, siswa akan dididik karakter dengan tema wawasan lingkungan. Tentang cara mengelola sampah dari lingkup paling kecil sampai kontribusi terbesar ke lingkup global.

Pendidikan ini bersifat projek pembelajaran yang disiapkan guru. Sehingga guru akan memfasilitasi siswa untuk melakukan aksi dan ide-ide yang tertuang dari masing-masing anak.

“Kalau kamu menganggap orang tua sebagai pahlawan, apa yang akan kamu lakukan. Sehingga siswa menggendong boneka di kelas dua bukan tanpa maksud. Itu untuk memberikan pengajaran kepada siswa,” jelasnya.

Dengan langkah tersebut, diharapkan siswa dapat merasakan bagaimana beratnya sembilan bulan ibu mengandung. “Jadi itu nanti satu hari full tidak boleh melepas boneka dari perut. Agar siswa dapat merasakan bahwa ada pahlawan hebat di sekelilingnya,” ucapnya.

Mulati mengatakan, capaian dari kegiatan ini adalah penanaman karakter values. Nilai pahlawan tidak hanya dimaknai sebagai pengetahuan. Siswa tidak hanya tahu bahwa Pahlawan Indonesia adalah Bung Karno, Ki Hajar Dewantoro atau siapa pun. Namun, nilai kepahlawanan bisa terintegrasi kepada anak bukan sekedar metode. (joglojateng)

Blibli.com
Blibli.com