
WARTA PENDIDIKAN – Perjalanan seorang instruktur visitasi (Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI) 2023, tugas mulia yang diamanahkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Selain perjalanan tugas, seorang instruktur sedang dididik berliterasi tinggi.
Pengalaman yang belum pernah dialami dimulai dari membooking tiket pesawat pergi dan pulang, transit di bandara, mencari angkutan travel ke lokasi tujuan, hingga menentukan penginapan. Dan menapaki daerah madrasah sasaran yang akan dikunjungi dalam 5 hari perjalanan seorang diri dengan memupuk sifat berani, juga jadi kisah tersendiri. Kalau tidak begini entah kapan lagi punya pengalaman seperti ini.
Pengalaman yang sangat berharga ini, menjadi motivasi tersendiri bagi penulis selaku instruktur dalam membuat perubahan, untuk memacu diri menerapkan literasi dalam pembelajaran.
Menelusuri perjalanan ke madrasah-madrasah sasaran yang terdafaftar di kelas yang ditetapkan, dibagi sesuai kesepakatan kelas. Di kelas D0059 yang visitasinyanya ke Jawa Timur, bersama sejawat Hanif Hidayat dan Sulistyo Widodo. Serta kelas D0959 ke Kalimatan Barat bersama M. Sokeh dan Riry Ramlan, mengunjungi masing-masing madrasah sasaran yang telah ditentukan.
Sebagaimana adat yang tak pernah lekang dari budaya ketimuran, berkunjung untuk ke Kementerian Agama setempat menjadi awal jalinan silaturrahim. Mendapatkan informasi awal tentang medan madrasah yang akan dikunjungi, adalah sangat penting untuk memetakan perjalanan secara berurutan.
Kepala madrasah yang dihubungi, pun merasa senang menerima kunjungan. Walau mungkin ada rasa khawatir terkait madrasah mereka yang akan divisitasi. Melalui komunikasi yang santun hingga suasana menjadi hangat dan bersahabat, serta luwes dalam bersikap dan cukupnya pengetahuan tentang AKMI dan literasi, adalah bekal utama bagi seorang melaksanakan tugas visitasi.
Jika hanya mengisi sebuah instrumen yang memuat empat aspek dengan beberapa poin pernyataan, tentu sangat mudah untuk menjaring informasi dengan adanya media teknologi saat ini. Tetapi, adanya visitasi langsung, dapat memperkaya khasanah pengetahuan secara timbal balik.
Pertemuan secara tatap muka, lebih dialogis dan bermakna, karena mendengar dan melihat kenyataan langsung dari sebuah proses pembelajaran dan lingkungan belajar setempat. Diskusi hangat seputar pemaknaan hasil AKMI, dapat memberi kesadaran kepada madrasah untuk merespons perbaikan proses pembelajaran yang berliterasi, agar mampu meningkatkan mutu madrasah.
Dalam vistiasi MI di desa Deket, Lamongan, diperoleh informasi bahwa madrasah sudah menerapkan literasi. Berdasarkan hasil AKMI 2018 lalu, madarasah ini telah menindaklanjuti hasil AKMI secara fisik dengan membuat sudut kelas dengan pojok baca, membuat slogan-logan kata bijak terkait literasi. Kegiatan berliterasi, dimulai dari kunjungan perpustakaan madrasah, dan memilih siswa yang rajin membaca ke perpustakaan untuk diberi hadiah ketika akhir semester. Tetapi hal itu belum mengembangkan literasi secara interaktif.
Mereka mengakui, masih terbatasnya buku-buku fiksi untuk menarik minat baca siswa, sehingga buku yang dibacanya terbatas. Pada tahun 2015 ada MI yang mendapat bantuan buku-buku bacaan dari United States Agency for International Development (USAID), dan mereka berharap masih ada keberlanjutan program bantuan itu. Selain buku, mereka juga mengharapkan bantuan media pembelajaran berbasis TIK dengan kapasitas yang memadai.
Beda lagi kisah di kelas D0959. Penulis mendapat tugas visitasi ke Kalimantan Barat, tepatnya di Kota Singkawang. MTs yang dikunjungi adalah MTs Ushuluddin, MTs Shomadiyah, MTs Nurul Islam, dan MTs YPPU Karimunting. Adapun bentuk pengembangan literasi membaca di madrasah sasaran itu, dilakukan dengan memanfaatkan link perpustakaan digital. Tetapi masih terkendala antrian login penggunanya.
MTS di Singkawang, kebanyakan dikelola dengan sistem pesantren. MTS Ushuluddin, modern dan asri, selain memiliki pojok baca dan slogan kata-kata bijak terkait literasi, juga menyediakan fasilitas taman baca dan panggung dengan background slogan “Learning Today Leading Tomorrow”. Hal itu ditujukan untuk menampilkan aktivitas dan kreatifitas siswa di madrasah.
Sementara MTs Nurul Islam, mengaktifkan majalah dinding sebagai pusat kreasi OSIMnya. Pengembangan literasi di MTS Shomadiyah, dengan menyediakan fasilitas ruang komputer untuk siswa yang dapat mengakases informasi yang dibutuhkan setiap saat.
Informasi menarik dari MTs YPPU Karimunting, pada tanggal 14-15 November 2023, bersama Dinas Pariwisata setempat, menjadi delegasi pertukaran budaya ke Malaysia untuk menampilkan beberapa tarian Bugis. Penulis merasa bangga, menyempatkan diri ikut belajar sekejap menarikan Tari Bugis “Mappadendang”. Insya Allah bulan Mei 2024, mereka akan berangkat ke Thailand dan Brunai Darussalam. Sempat terpikir, mengapa MTS YPPU Karimunting tidak membuat branding madrasahnya dengan merancang program literasi Budaya?
Setelah mengetahui keunikan kegiatan bertajuk literasi di masing-masing MTs itu, penulis bertanya, apakah kegiatan tersebut sudah terprogram dalam pengembangan program Literasi? Jawaban mereka adalah, belum terprogram secara rinci.
Melalui diskusi itu, sebagai instruktur tidak lanjut hasil AKMI, menyarankan agar madrasah dapat merencanakan program berbasis literasi. Bahkan, madrasah dapat mengalokasikan anggaran khusus untuk meningkatkan kemampuan siswa berliterasi, sebagai tindak lanjut hasil diagnosis AKMI.
Poin-poin yang diperoleh saat visitasi ke madrasah sasaran, misal kurangnya buku fiksi di perpustakaan madrasah, belum optimalnya perpustakaan sebagai pusat kegiatan literasi, belum terjalinnya kegiatan pembelajaran yang intraktif berbasis literasi, dan belum rinci dan tersistemnya rencana kegiatan berbasis literasi, perlu mendapat perhatian serius. Diharapkan adanya tindak lanjut dari semua stakeholder dan praktisi pendidikan dengan mengantisipasi kelemahan tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan di antaranya, memenuhi kebutuhan perpustakaan madrasah dengan buku-buku fiksi yang menarik, bergambar, memuat bacaan tiga dimensi secara berkala. Menghadirkan perpustakaan keliling dari perpustakaan daerah secara berkala bagi siswa tingkat Madrasah Ibtidaiyah.
Sedangkan pada jenjang MTs, untuk perpustakaan dapat dirancang sebagai pusat kegiatan literasi bersama guru kebahasaan, membuat kegiatan pidato, kegiatan debat literasi, mendokumentasikan hasil karya siswa, mengangkat duta baca-tulis, menjalin kerjasama dengan perpustakaan daerah untuk kunjungan ke perpustakaan daerah secara berkala, dengan menyelipkan kegiatan interaktif baik membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Bagi madrasah yang sudah lengkap secara sarana, dapat membuat podcast literasi atau mini studio.
Merencanakan program literasi yang rinci, sangatlah penting sebagai wadah pengembangan untuk peningkatan mutu pembelajaran berbasis literasi. Sebagaimana program yang sistematis, akan memuat tujuan dan goal yang diharapkan (kegiatan yang edukatif, kreatif, inovatif yang sarat dengan muatan intelektualitas yang tinggi secara berkelanjutan).
Melalui visitasi ini, banyak harapan yang mereka ungkapkan kepada penulis, semoga tersampaikan kepada Kementerian Agama Republik Indonesia, agar dapat memperdalam dukungan program kemampuan berliterasi, semisal pelatihan seputar kegiatan peningkatan literasi, baik secara online dan ofline. Semua itu, ditujukan agar mempercepat tercapainya visi membangun manusia Indonesia berliterasi tinggi menuju Indonesia emas 2045. (*)
Yesi Novika, S.Ag (Instruktur AKMI 2023 – Kelas D0059 & D0959)