WPdotCOM, Mataram – Menteri Agama Fachrul Razi hari ini meresmikan alih status Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) menjadi Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Gde Pudja Mataram.
Peresmian ini ditandai dengan penandatanganan prasasti IAHN Gde Pudja Mataram. Hadir, Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, Plt Rektor STAHN Susilo Budi Purwanto, Kakanwil Kemenag NTB Zaidi Abdad, serta beberapa mantan rektor, para dosen dan mahasiswa/mahasiswi IAHN Gde Pudja Mataram.
Menag didampingi Dirjen Bimas Hindu, Tri Handoko Seto, Staf Khusus Menag Kevin Haikal, serta Sesmen Thobib Al Asyhar.
Alih status STAHN Gde Pudja Mataram menjadi IAHN ini ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2020 tentang IAHN Gde Pudja Mataram, tanggal 23 Januari 2020. PP ini berlaku sejak 27 Januari 2020.
Menag menyambut baik alih status ini. Menurutnya, hal itu merupakan buah dari perjuangan Pemda dan seluruh komponen umat Hindu, khususnya di NTB, serta legislatif untuk memiliki Perguruan Tinggi Agama Hindu setingkat Institut.
“Peresmian IAHN Gde Pudja Mataram ini harus dimaknai sebagai awal perjuangan pada strata yang lebih tinggi yang pastinya akan memiliki tantangan yang lebih berat di masa yang akan datang. Peningkatan status dari STAHN menjadi IAHN bermakna meningkatnya kualitas Perguruan Tinggi dalam segala bidang, terutama dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, baik pendidikan dan pengajaran, pengabdian masyarakat maupun penelitian,” pesan Menag di Mataram, Rabu (16/12).
Pesan kedua dari Menteri Agama terkait peningkatan kualitas SDM tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan. Tahap ini harus dilakukan secara terencana dan terukur, baik pada aspek kinerja, kualitas, kualifikasi, dan kompetensinya. Hal itu penting karena akan berpengaruh terhadap kualitas mahasiswa dan profil alumninya.
“Kualitas pendidik berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan, sehingga benar-benar harus ada peningkatan dari tenaga pendidik dan tenaga kependidikan,” harap Menag.
Menag berharap, IAHN ke depan semakin terbuka dalam pengembangan program studi. Misalnya, dibuka peluang mengembangkan prodi umum. Dosen dan mahasiswanya tidak hanya dari Hindu sehingga terdapat kebersamaan dalam kebhinekaan.
Menag juga berpesan tentang peningkatan sarana dan prasarana. Selain bangunan fisik, piranti teknologi informasi juga perlu ditingkatkan untuk memudahkan aktifitas kampus terutama dalam pelayanan akademik dan administrasi. Hal itu akan berdampak pada peningkatan tata kelola dan manajemen perguruan tinggi.
“Saya berharap peresmian alih status STAHN Gde Pudja Mataram menjadi IAHN dapat menjadi momentum bagi seluruh civitas akademika untuk meningkatkan kualitas diri dan lembaga serta menebarkan kerukunan dan persatuan,” tandasnya. (*/kemenag)