
Jakarta – Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji menyebut maraknya kekerasan antar pelajar akhir-akhir ini disebabkan tak berjalannya pendidikan karakter.
Bahkan, Ubaid menilai terjadi gagal paham pendidikan karakter di sekolah. Dia mengatakan hal itu tak terlepas dari sikap guru. Ubaid menilai guru turut menjadi aktor dari maraknya kekerasan antar pelajar.
“Ya gurunya, ya peserta didiknya, sama-sama punya cermin buruk. Kasus kekerasan di sekolah ini dipraktikkan oleh guru dan murid, termasuk kekerasan seksual guru juga jadi aktor,” kata Ubaid dilansir Medcom.id, Selasa (28/2).
Ubaid menyebut pendekatan kekerasan dalam dunia pendiudikan masih dipraktikkan di mana-mana. Hal ini diperparah rendahnya keteladanan guru menjadi faktor gagalnya pendidikan karakter di sekolah.
“Meski pendidikan karakter ini menjadi jargon Presiden Jokowi, tapi Kemdikbud dan dinas pendidikan tidak menjadikan sebagai prioritas,” tuturnya.
Ubaid menuturkan survei JPPI menunjukkan guru menjadi pelaku kekerasan paling banyak di sekolah. Jumlahnya mencapai 117 kasus selama 2022.
“Kalau dilihat dari pelaku dan korban kekerasan, peserta didik menjadi pelaku sedikit cuma 77 kasus sementara korban peserta didik 185 kasus, sementara guru mayoritas menjadi pelaku sebanyak 117 kasus,” ucap dia. (medcom)