IMF Ungkap Fakta Tak Terduga, Tanda Kiamat?

Teknologi2401 Dilihat

JAKARTA – Menurut laporan lembaga observasi Bumi Uni Eropa, Copernicus, Januari lalu merupakan Bulan terpanas sepanjang sejarah. Tercatat, suhu permukaan rata-rata tercatat 13,23 derajat Celcius atau 0,79 derajat Celcius di atas rata-rata Januari 1991-2020.

Awal 2025 juga menandai bulan ke-18 dalam 19 bulan terakhir yang menunjukkan suhu permukaan udara rata-rata global lebih dari 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Data tersebut menunjukkan pentingnya upaya berbagai pihak untuk bersama-sama menurunkan emisi karbon dan gas rumah kaca. Namun, perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) membutuhkan daya listrik yang besar dan berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon dan gas rumah kaca.

AI dinilai dapat membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Ada banyak sisi positifnya, tetapi konsekuensinya terhadap perubahan iklim tak bisa dianggap remeh.

Di tengah dilema tersebut, Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkap fakta mengejutkan. IMF menyebut pertumbuhan ekonomi dari AI diprediksi akan menggenjot kenaikan produksi barang dan jasa global (global output) sekitar 0,5% antara tahun 2025 dan 2030.

Angka itu diklaim melebihi biaya yang harus dikeluarkan akibat peningkatan emisi karbon dari fasilitas data center untuk menjalankan model AI.

Laporan IMF dalam pertemuan tahunan di Washington, menggarisbawahi peningkatan global output tersebut tak akan tersebar secara seimbang di seluruh dunia. Pada dasarnya, IMF mengindikasikan bahwa pengembangan teknologi AI mendatangkan lebih banyak manfaat ketimbang mudarat.

“Meski ada tantangan terkait harga listrik yang lebih tinggi dan emisi gas rumah kaca, pertumbuhan PDB dari AI kemungkinan lebih besar ketimbang biaya tambahan untuk menanggulangi emisi,” menurut laporan IMF, dikutip dari Reuters, Rabu (23/4/2025).

Blibli.com
Blibli.com