JAKARTA – Presiden Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI), Prabowo Subianto, menegaskan pentingnya pencak silat sebagai instrumen strategis dalam pembangunan karakter bangsa.
Pesan tersebut disampaikan dalam momentum HUT ke-77 PB IPSI yang dipusatkan di Padepokan Pencak Silat TMII, Sabtu (31/5/2025), melalui Wakil Ketua Umum PB IPSI Sugiono.
Menurut Prabowo, pencak silat tidak hanya sekadar olahraga bela diri, tetapi juga warisan budaya yang mengandung nilai-nilai kesatria dan ketangguhan moral, yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan global.
“Bangsa yang besar diisi oleh orang-orang yang berkarakter kuat dan berjiwa kesatria. Pencak silat adalah media untuk menanamkan nilai-nilai itu dalam jiwa masyarakat,” ujar Sugiono membacakan pesan Presiden.
Dalam kesempatan yang sama, Sugiono menekankan arah kebijakan jangka panjang PB IPSI, yaitu mendorong pencak silat menjadi cabang olahraga Olimpiade. Target awal adalah tampil sebagai olahraga ekshibisi di Olimpiade Los Angeles 2028, kemudian dipertandingkan resmi pada Olimpiade Brisbane 2032.
“Kami sudah mengajukan langkah-langkah strategis dan melakukan pendekatan dengan berbagai pihak internasional agar pencak silat bisa menjadi bagian dari pesta olahraga dunia,” tegas Sugiono.
Langkah tersebut dinilai krusial tidak hanya untuk prestasi olahraga nasional, tetapi juga sebagai diplomasi budaya Indonesia di tingkat global.
Tanggapan Pelaku Pencak Silat
Menanggapi keinginan PB IPSI tersebut, banyak suara di tengah masyarakat. Salah satunya muncul dari pegiat pencak silat dari organisasi pencak silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah, Nova Indra.
Menurut pemegang sabuk Biru bertanda Melati merah empat itu, sebenarnya ada hal yang lebih penting bila mengedepankan pencak silat sebagai bagian dari jatidiri bangsa ini.
“Bukan Cuma berjuang bagaimana pencak silat makin mendunia, karena sejatinya sejak dulu, pencak silat telah mendunia melalui banyak tangan-tangan dingin dari negeri ini. Yang paling penting adalah, bagaimana menjadikan pencak silat masuk secara formal ke dalam kurikulum pendidikan,” sebut penulis buku Kurikulum Pencak Silat itu, Minggu (1/6/2025).
Ia melanjutkan, pencak silat sebagai salah satu akar budaya negeri ini, telah memposisikan diri sebagai wadah pendidikan karakter yang sangat kuat.
“Pencak silat menjadi salah satu ajang pendidikan karakter yang telah diakui oleh semua orang. Bukan hanya tentang bagaimana keterampilan beladiri diperoleh, namun juga membentuk karakter yang lebih terampil menguasai dan mengendalikan pemikiran, emosi, bahkan akhlak,” tegasnya.
Jadi, sambungnya, saatnya pemerintah berpikir dan memberikan ruang kepada para pelaku pencak silat untuk terjun ke dunia pendidikan secara formal.
“Jangan sampai semakin menginternasional, akar budaya ini makin hilang di tengah-tengah generasi, sementara di negara-negara lain, pencak silat mereka terima dan miliki,” pungkasnya. (*)