
Jakarta – Kemdikbudristek gencar memerangi tindakan perundungan (bullying) di lingkungan satuan pendidikan.
Masalah perundungan diyakini banyak pihak dapat menghambat keamanan dan kenyamanan dalam proses belajar peserta didik. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), melaksanakan webinar Sapa GTK Episode 10 bertajuk “Bersama Kita hentikan Perundungan” pada Senin (5/12) lalu.
Topik mengenai perundungan diangkat dalam Sapa GTK untuk meningkatkan pemahaman tentang isu kekerasan pada ekosistem pendidikan. Harapannya, ekosistem pendidikan dapat saling berkolaborasi dan berperan aktif melakukan identifikasi berbagai bentuk kekerasan yang terjadi, baik di dalam dan di luar satuan pendidikan, serta dapat mengambil sikap yang tepat dan tegas dalam mengatasinya.
Pelaksana tugas Kepala Pusat Penguatan Karakter (Plt. Kepala Puspeka) Kemdikbudristek, Hendarman mengungkapkan bahwa untuk mencegah aksi perundungan terjadi dibutuhkan peran penting dari seluruh ekosistem di satuan pendidikan.
Ia mengungkapkan bahwa Kemdikbudristek telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatasi persoalan tiga dosa besar pendidikan ini, termasuk melibatkan UNICEF.
“Kita juga menjalankan program ROOTS melalui kerja sama dengan UNICEF. Ini merupakan program penanggulangan tindak perundungan di sekolah. Program ini fokus pada upaya membangun iklim yang aman di sekolah dengan mengaktivasi peran siswa sebagai Agen Perubahan,” terang Hendarman.
Merujuk data UNICEF, Program Roots merupakan program global pencegahan kekerasan di kalangan teman sebaya, yang berfokus pada upaya membangun iklim yang aman di sekolah.
Intervensi di Indonesia diadaptasi dari program di Amerika Utara yang disebut Roots 5 dan berfokus untuk membangun iklim positif sekolah melalui kegiatan yang dipimpin oleh siswa. (SP)
