Jakarta – Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK PK) semakin berdampak bagi perekonomian nasional. Program ini juga direspons positif oleh masyarakat, khususnya dari dunia usaha, dunia industri (DUDI), serta dunia kerja.
“Program SMK PK dinilai berhasil meningkatkan kompetensi lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman,” disampaikan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Sesditjen Diksi), Saryadi, dalam acara Silaturahmi Merdeka Belajar, pada Kamis (2/2), yang disiarkan melalui kanal YouTube Kemdikbud RI.
Pada 2022, Saryadi menyebut bahwa terdapat 1.401 SMK yang telah melaksanakan SMK PK yang melayani 27,69 persen dari total 5 juta siswa SMK di Indonesia yang tersebar di 34 provinsi dan 365 kabupaten/kota. Pada tahun lalu, tercatat ada kenaikan angka penerima manfaat dibanding 2021 yang meningkat sebesar 9,18 persen.
Tujuan SMK PK, kata Saryadi, adalah mewujudkan transformasi SMK sehingga sekolah memiliki kinerja dan kualitas yang optimal melalui kemitraan dan penyelarasan yang mendalam dan menyeluruh dengan dunia usaha, dunia industri, serta dunia kerja.
Dengan demikian, lulusan SMK bisa diserap dan diapresiasi masyarakat. Selain itu, program SMK PK bisa menjadikan SMK penerima manfaat sebagai percontohan dan mengimbaskan hal positif kepada SMK di sekitarnya.
“SMK PK bisa menjadi mercusuar bagi SMK lain untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat pada kebutuhan dari industri, dunia usaha, serta dunia kerja, secara aktif memproduksi barang dan jasa sesuai karakteristik dan kompetensi masing-masing sekolah, unggul dalam fasilitas pembelajaran yang berbasis industri, dapat mentransformasikan sisi perencanaan dan programnya untuk meningkatkan kualitas lulusan maupun sekolah,” jelas Saryadi lebih lanjut.
Melalui Skema Pemadanan Dukungan (matching fund) pada SMK PK, diharapkan investasi yang berasal dari pemerintah maupun industri mampu meningkatkan dampak dari transformasi pembelajaran vokasi.
“Pada 2022, kami dapat dukungan dari 349 industri dengan total investasi senilai Rp439,25 miliar,” ungkap Saryadi.
Sementara itu, pada tahun 2023, lanjut Saryadi, sudah ada 4.021 SMK yang mendaftar untuk ikut program SMK PK Skema Pemadanan Dukungan. Pihak industri yang tertarik untuk bekerja sama berasal dari kalangan individu/entitas maupun komunitas totalnya mencapai 2.559 industri.
“Dari jumlah tersebut perkiraan nilai investasinya mencapai Rp2,3 triliun. Namun, 2.559 industri tersebut hingga saat ini kami lakukan proses penyaringan untuk memastikan wujud investasi dan karakteristik industrinya sesuai dengan tujuan program SMK PK,” jelas Saryadi.
Berdasarkan hasil penyaringan, sebagai komitmen awal, hingga kini Ditjen Diksi telah menerima dana investasi senilai Rp1,07 triliun dari 762 industri. Sementara itu, ada 738 SMK yang lolos seleksi.
Nantinya, lanjut Saryadi, investasi yang diberikan industri akan mendukung proses penyelarasan kurikulum, aktivitas praktisi mengajar, serta pengadaan sarana dan prasarana yang mendukung program SMK PK.
“Mudah-mudahan dengan berbagai upaya ini, kita dapat mewujudkan akselerasi transformasi di SMK,” ujarnya optimistis.(SP)