Kebijakan Internasional: Diskusi dan Negosiasi Perubahan Iklim

ARTIKEL ILMIAH409 Dilihat

WARTA PENDIDIKAN – Perubahan iklim merupakan salah satu tantangan global terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerja sama dan koordinasi di tingkat internasional.

Artikel ini akan membahas kebijakan internasional terkait perubahan iklim, dengan fokus pada diskusi, negosiasi, implementasi, dan penilaian kesepakatan seperti Persetujuan Paris.

Sejak tahun 1990an, komunitas internasional telah menyadari pentingnya mengatasi perubahan iklim secara bersama-sama. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992, menjadi titik awal diskusi global yang serius tentang isu ini. Sejak saat itu, berbagai pertemuan dan negosiasi internasional telah diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim.

UNFCCC, yang diadopsi pada tahun 1992, menjadi landasan utama untuk negosiasi internasional tentang perubahan iklim. Konvensi ini bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang tidak membahayakan. Setiap tahun, negara-negara anggota UNFCCC bertemu dalam Conference of the Parties (COP) untuk membahas perkembangan dan langkah-langkah selanjutnya.

Protokol Kyoto

Protokol Kyoto, yang diadopsi pada tahun 1997, merupakan kesepakatan internasional pertama yang mengikat secara hukum untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Protokol ini mewajibkan negara-negara maju untuk mengurangi emisi mereka sebesar rata-rata 5% di bawah tingkat tahun 1990 selama periode 2008-2012. Meskipun protokol ini dianggap sebagai langkah penting, implementasinya menghadapi berbagai tantangan, termasuk penolakan ratifikasi oleh beberapa negara besar penghasil emisi.

Persetujuan Paris

Persetujuan Paris pada COP21 tahun 2015, menandai tonggak sejarah baru dalam kebijakan iklim internasional. Kesepakatan ini bertujuan untuk membatasi pemanasan global jauh di bawah 2°C, dan idealnya di bawah 1,5°C, dibandingkan dengan tingkat pra-industri.

Beberapa poin kunci dari Persetujuan Paris meliputi: Pertama, Komitmen nasional. Setiap negara menentukan sendiri target pengurangan emisinya melalui Nationally Determined Contributions (NDCs).

Kedua, Transparansi. Negara-negara harus melaporkan secara teratur tentang emisi dan upaya implementasinya. Ketiga, Dukungan finansial. Negara-negara maju berkomitmen untuk menyediakan pendanaan iklim bagi negara berkembang.

Keempat, Adaptasi. Kesepakatan ini menekankan pentingnya adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Kelima, Peninjauan berkala: Setiap lima tahun, negara-negara akan meninjau dan meningkatkan target mereka.

Implementasi dan Tantangan

Implementasi Persetujuan Paris menghadapi berbagai tantangan, termasuk: 1) Kesenjangan ambisi: Target NDC saat ini masih belum cukup untuk mencapai tujuan 1,5°C atau 2°C. 2) Pendanaan: Mobilisasi dana yang cukup untuk mendukung mitigasi dan adaptasi di negara berkembang masih menjadi tantangan.

Selanjutnya, 3) Ketidaksetaraan: Negara-negara memiliki kapasitas dan sumber daya yang berbeda-beda untuk mengatasi perubahan iklim. 4) Kepatuhan: Mekanisme untuk memastikan kepatuhan terhadap komitmen masih perlu diperkuat.

Penilaian dan Perkembangan Terbaru

Sejak adopsi Persetujuan Paris, beberapa perkembangan penting telah terjadi: 1) Global Stocktake: Proses pertama untuk menilai kemajuan kolektif global terhadap tujuan Persetujuan Paris dilakukan pada tahun 2023. 2) Peningkatan ambisi: Banyak negara telah meningkatkan target NDC mereka, meskipun masih belum cukup untuk mencapai tujuan 1,5°C.

Berikutnya, 3) Transisi energi: Terdapat peningkatan fokus pada transisi ke energi terbarukan dan penghentian bertahap bahan bakar fosil. 4) Ketahanan iklim: Semakin banyak perhatian diberikan pada adaptasi dan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim.

Kesimpulan

Kebijakan internasional tentang perubahan iklim telah berkembang secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Persetujuan Paris menjadi tonggak penting dalam upaya global untuk mengatasi krisis iklim.

Namun, implementasi yang efektif dan peningkatan ambisi masih diperlukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kerja sama internasional yang lebih kuat, inovasi teknologi, dan transformasi ekonomi akan menjadi kunci dalam mengatasi tantangan perubahan iklim di masa depan.

Penulis: Muh. Tri Bintang Fauzi Ali Said (Mahasiswa Universitas Andalas Padang)

Blibli.com
Blibli.com