Menulis Karya Ilmiah, Antara Kebutuhan dan Pengembangan Mutu Pendidikan

Keterangan Gambar : Ilustrasi Menulis

 

WPdotCOM — Menulis, tak banyak lagi warga negeri ini yang tidak memiliki keterampilan tersebut. Sejak kecil, bahkan ada di antara mereka yang masih balita, sudah diajari dan mampu menggoreskan pena di lembaran-lembaran kosong dengan kalimat-kalimat bermakna.

Namun, menulis yang sering dibahas bukanlah keterampilan motorik jemari untuk menggunakan alat tulis. Kini, kata menulis lebih dinisbahkan pada keterampilan untuk menuangkan pemikiran ke dalam kalimat-kalimat yang jelas dan sistimatis.

Banyak orang yang hidup dari keterampilan ini. Melahirkan karya-karya inspiratif dan mampu memotivasi para pembacanya untuk lebih maju dan berkembang, sesuai dengan peradaban zaman yang kian modern. Tidak sedikit orang-orang yang berprofesi sebagai penulis, sekaligus juga menjadi motivator menulis bagi orang lain di lingkungannya.

Begitu sulitkah menulis? Sehingga perlu seorang motivator diagung-agungkan. Begitu pentingkah para penulis didatangkan untuk menginspirasi masing-masing pribadi, agar memiliki kemauan meniru rekam jejak dan menghidupkan semangat menulis? Bukankah setiap kita telah mampu menuliskan apa saja melalui berbagai media? Bercengkerama dengan sahabat dan rekan dunia maya melalui media sosial, berpuluh bahkan beratus kata meluncur begitu saja dengan akrabnya.

Pertanyaan-pertanyaan itu, ternyata bukanlah tanpa sebab. Di tengah kehidupan manusia, setiap jiwa memiliki pengalaman dan kisah menarik, namun masih jarang ditemui kisah-kisah itu dituliskan dalam berbagai bentuk. Hal itu terjadi hanya karena persoalan sepele, rumitnya mengkonversi pemikiran ke dalam bentuk tulisan yang baik dan diminati pembaca.

Jamak pula ditemukan di keseharian, orang-orang yang enggan menulis dengan alasan yang sangat sederhana. “Sudah saya coba. Tapi setiap saya baca karya tulis saya, jangankan orang lain, saya sendiri merasa malu.” Alasan seperti itu, seolah menjadi wabah bagi para pribadi yang pada awalnya punya kemauan, namun akhirnya mematahkan semangatnya sendiri karena persoalan rasa “malu.”

Bila ditinjau di kekinian, pada dunia pendidikan yang semakin baik kualitasnya saat ini, ditemukan pula banyak persoalan tentang dunia menulis. Lahirnya peraturan-peraturan yang mewajibkan para pendidik, untuk mengembangkan dirinya dengan penelitian yang dituliskan dalam bentuk karya tulis ilmiah, seakan menjadi momok baru. Bahkan banyak keluhan di kalangan pendidik, saat harus menulis karya ilmiah sebagai bagian dari kewajiban melengkapi portofolionya.

Lalu apa solusi dari semua itu? Perlukah sebuah upaya nyata untuk membelajarkan orang-orang terdidik tersebut, untuk kembali menggali pengetahuan dunia kepenulisan? Sepertinya untuk menjawab  pertanyaan ini, jawabannya dapat dipastikan, iya dan sangat perlu. Disadari atau tidak, kesibukan, pemanfaatan waktu, serta kiat dan tips tentang menulis, perlu dibagi merata di kalangan profesional seperti para pelaku dunia kependidikan negeri ini. Dengan demikian, diharapkan akan bermunculan para penulis yang berasal dari kalangan pendidik di seluruh penjuru negeri. Hasil karya tulis mereka tentunya sangat signifikan maknanya bagi pengembangan dan perbaikan mutu bangsa ke depan. Kiranya, itulah salah satu semangat yang tersimpan dalam peraturan-peraturan perlunya para pendidik untuk menulis. Bukan sekedar sebagai bagian dari proses melengkapi portofolio untuk kenaikan pangkat dan golongan, namun secara nyata dapat dimaknai dengan tujuan keikutsertaan dalam memberi masukan terhadap proses peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. (*)

Penulis: Nova Indra

Blibli.com
Blibli.com

Tinggalkan Balasan