KNIU Gelar Sayembara Nasional Membuat Buku Harian Bergambar ala Jepang ‘Enikki’

Berita Nasional175 Dilihat

WPdotCOM, Bekasi – Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali menggelar Sayembara Enikki Festa, yakni kompetisi kreatif tingkat nasional bagi anak usia 6-12 tahun.

KNIU menyosialisasikan sekaligus menjaring masukan dari sekolah-sekolah jejaring ASPnet (Jaringan Proyek Sekolah Berasosiasi dengan UNESCO/ UNESCO Associated Schools Network). Selain itu, KNIU juga menyusun strategi bersama agar program ini diikuti semakin banyak anak Indonesia.

Ditemui secara langsung, Ketua Harian KNIU Prof. Arief Rahman menegaskan bahwa tujuan utama sayembara adalah untuk mengembangkan kegiatan yang berfokus pada kegembiraan anak-anak, salah satunya dengan membuat Buku Harian Bergambar (BHB) atau Enikki.

“Kita berharap anak-anak bisa membagikan karyanya dengan teman-temannya, karena dalam membuat karya terjadi kreativitas. Kreativitas, dalam seni adalah driver (pengemudi) yang bisa mengembangkan potensi-potensi pembangunan berkelanjutan. UNESCO selalu mengatakan, bahwa culture is the driver and the enabler for sustainable development,” tegas Arief, Selasa (2/3).

‘Enikki’ dalam Bahasa Jepang berarti “Buku Harian Bergambar” (E: gambar, dan Nikki: catatan harian/ jurnal), di mana anak diajarkan menulis cerita harian dilengkapi gambar relevan yang menerangkan cerita tersebut. Tradisi ini dilakukan Jepang sejak lama. Sosialisasi dan koordinasi Enikki Festa ini berlangsung dari tanggal 1 – 3 Maret 2021 d Bekasi, Jawa Barat.

“Mudah-mudahan, sosialisasi ini membawa pertumbuhan pesat dan menularkan kekuatan pada seluruh masyarakat Indonesia supaya kita tidak selalu berpikir tentang uang dan pembangunan fisik, tapi yang paling penting adalah pembangunan emosi, moral, seni, dan budaya,” harap Arief.

Arief juga menyoroti persoalan literasi siswa Indonesia yang seringkali dikatakan rendah. “Literasi itu ‘kan literate. Hubungannya dengan membaca, kesusasteraan, dan bahasa. Mengapa ini rendah? Karena daya tariknya kurang. Mengapa daya tariknya kurang? Nomor satu adalah guru. Guru-guru tidak memperkenalkan dengan senang, tapi dia melihat itu sebagai pekerjaan saja. Padahal, dalam profesi pendidikan, yang paling penting adalah menciptakan suasana batin,” tegasnya.

Koordinator Education for Sustainable Development (ESD) KNIU, Ananto Kusuma Seta pun menambahkan bahwa tahun ini, unsur novelty alias kebaruan dan orisinalitas harus ditunjukkan.

Blibli.com
Blibli.com