WPdotCOM, Bandung – Kesiapan SMA Yadika dalam menghadapi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang akan segera dilaksanakan pada bulan Juli mendatang sudah tidak perlu diragukan lagi.
Dari kesiapan sarana dan prasarana seperti ruang kelas yang sudah di set untuk 50% kehadiran siswa seperti sstem silang tempat duduk. Bagi yang sudah diberi tanda cakra berarti tidak boleh diduduki, hingga kesiapan lainnya, seperti tempat cuci tangan dan hand sanitizer, menjaga jarak, pengecekan suhu pada siapapun yang memasuki lingkungan sekolah. Serta persiapan lainnya yang berhubungan dengan protap pencegahan penularan covid-19.
“Dalam hal pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM), nantinya kami akan menerapkan 2 sistem pembelajaran yaitu daring dan luring bersamaan. Karena tidak semua siswa akan mengikuti PTM tgersebut. Ada kemungkinan mereka akan mengikuti pembelajaran secara luring dan sebagian secara daring,” papar Dinny Ashri Akbariani, S.Pd, Gr. Kepala SMA Yadika saat ditemui di kantornya kemarin.
Ia melanjutkan, kami sudah menyiapkan peralatan agar pembelajaran tersebut bisa secara serentak atau live streaming. Mereka yang di rumah juga mengikuti pembelajaran seperti apa yang ada di sekolah.

Saat ditanya tentang berapa besar keinginan orang tua siswa untuk diadakannya pelaksanaan PTM, Dinny mengatakan, kami sudah meysosialisasikan serta menyampaikan kepada orang tua siswa tentang rencana PTM di bulan Juli mendatang melalui angket ataupun pada saat pertemuan dengan orang tua siswa. Kebanyakan dari orang tua siswa, lebih dari 80%, menginginkan adanya PTM. Sisanya masih menginginkan daring karena masih ragu dan takut dengan kondisi yang selalu berubah rubah.
Menyikapi tentang lamanya pembelajaran tatap muka yang sudah hampir satu tahun setengah tidak dilaksanakan, tentunya akan banyak timbul sebab akibat terhadap generasi penerus. Bukan tidak jarang akan banyak terjadi pernikahan usia dini, dan lainnya seperti mereka mengisi waktu dengan bekerja atau mencari uang.
“Jika mereka sudah bekerja dan tahu dengan uang, mereka akan berpikiran lain. Buat apa sekolah kalau sekarang juga mereka sudah bisa cari uang. Mereka berpikiran sekolah itu juga akhirnya untuk mencari kerja dan menghasilkan uang,” imbuhnya.