
Jakarta – Ditjen GTK) Kemdikbudristek menggelar webinar Sapa GTK ke-9.
Acara ini bertujuan untuk membahas isu-isu terkini dan program utama maupun pendukung program dan kali ini mengangkat tema “Semangat dan Perjuangan Guru Memajukan Pendidikan”, yang sejalan dengan peringatan Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2022.
Sapa GTK kali ini menghadirkan tiga orang guru hebat yang menceritakan seputar pengalamannya mengajar di pelosok daerah di Indonesia dan pandangan mereka terhadap kebijakan Kemendikbudristek. Tiga guru tersebut adalah Isdiarto (Kepala Sekolah SD Negeri 26 Krui, Pesisir Barat, Lampung), Cucu Suryana (Guru SDN 3 Girimukti, Garut, Jawa Barat), dan Darmayanti Karmen (Guru SMAN 1 Maluku Tengah, Maluku).
Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan (KSPSTK), Ditjen GTK, Praptono dalam sambutannya memberikan apresiasi atas kolaborasi dan kesungguhan guru dan kepala sekolah dalam mendukung program Kemendikbudristek, khususnya kebijakan Merdeka Belajar.
Ia mengatakan bahwa salah satu kebijakan strategis dalam Merdeka Belajar, yaitu Kurikulum Merdeka adalah pilihan terbaik untuk mengatasi persoalan pendidikan di Indonesia dalam rangka menghasilkan lulusan yang berkualitas.
“Kurikulum Merdeka yang hadir dengan mengusung semangat kesederhanaan, fleksibilitas, dan kontekstual dalam pembelajaran harus bisa kita jalankan dengan optimal dengan sebaik-baiknya,” kata Praptono.
Optimalisasi kurikulum ini, menurut Praptono semata agar peserta didik di Indonesia dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan serta dapat mengembangkan potensinya sehingga Profil Pelajar Pancasila yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional dapat terwujud.
“Untuk itulah kita membutuhkan guru-guru hebat di negeri ini. Guru yang mampu menampilkan lima karakter keunggulan yaitu kemandirian, berorientasi pada peserta didik, terbiasa dengan budaya refleksi, berinovasi, serta memiliki kematangan mental, moral, dan spiritual,” terang Praptono.
Isdiarto, Guru dan Kepala Sekolah SD Negeri 26 Krui, mengungkapkan pengalamannya selama mengajar dan menerapkan Kurikulum Merdeka di tempat tugas. Meskipun sekolahnya berjarak sekitar 20 km dari ibukota kecamatan dengan akses jalan yang sangat tidak memadai, hal ini tidak membuatnya surut langkah untuk menghadirkan pembelajaran yang semakin baik bagi anak didiknya.
