Bandung – Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag M Ali Ramdhani mengingatkan peran penting para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pembentukan budi pekerti siswa.
Pesan ini disampaikan Ali Ramdhani saat membuka Rapat Koordinasi Pendidikan Agama Islam Tahun 2023 di Bandung. Rakor ini dikemas juga dengan Launching Jurnal Ilmiah PAI.
“Dimensi ilahiah (transenden) ini adalah ciri khas pendidikan agama. Pada konteks Pendidikan Agama Islam, ciri khas demikian melekat pada Guru Pendidikan Agam Islam dalam upaya mengembangkan PAI dan budi pekerti pada siswa,” tuturnya di Bandung beberapa hari lalu.
Ia berharap agar aparatur Pendidikan Agama Islam pusat dan daerah menyiapkan diri dengan tepat dan maksimal menghadapi beragam tantangan dan perkembangan.
“Kita sedang berhadapan dengan fenomena yang serba berkebalikan: yang tetap adalah yang tidak tetap, yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri, dan semacamnya. Kita sering mendengarnya sebagai fenomena VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity),” jelasnya.
Dhani memandang forum Rakor adalah sarana penting untuk melakukan sinergi dan koordinasi dalam mengindentifikasi beragam persoalan yang dihadapi, sekaligus membangun kesepahaman tentang solusi dan langkah yang perlu diambil.
Dhani juga mengingatkan perlunya insan PAI menyikapi perkembangan teknologi dan digitalisme dengan tepat. Sebab, keduanya kerap menimbulkan tantangan dan goncangan. Salah satu yang sudah memberi tantangan serius adalah perkembangan Artificial Intelligent (AI).
“AI telah berkembang menjadi mesin pengetahuan yang begitu mengagumkan terkait pengaruh dan kemampuannya. Dengan OpenAI, yang memprakarsai tumbuhnya ChatGPT, bisa jadi Google akan terancam keberadaannya, padahal kita tahu seperti apa ketergantungan kita pada Google,” jelasnya.
Dalam kondisi demikian, dirinya menjelaskan, teknologi dan digitalisme selayaknya pisau bermata dua. AI dan beragam perkembangan digilatalisme menantang manusia atas upaya adaptif atau malah meluruh menghadapi kondisi tersebut.
Perangkat AI, tandasnya, telah mengantarkan orang untuk mendapat pengetahuan yang berisi ruang yang penuh tantangan.
“Kita tidak bisa menghindari perubahan teknologi. Karenanya, teknologi harus menjadi teman. Dalam ujaran usul fiqh, kita mengenal perspektif ini sebagai semangat al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah (Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik),” ujarnya.
Dalam kesempatan rapat Koordinasi Pendidikan Islam ini, Dirjen Pendidikan Islam juga meluncurkan Jurnal Ilmiah PAI SMP sekaligus menyerahkan penghargaan kepada para pejabat Bidang PAI pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
“Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam harus mampu membangun perbincangan dan interaksi ilmiah di dalamnya. Hal ini menjadi keniscayaan karena pada dasarnya jurnal ilmiah mendorong para pihak di dalamnya untuk terutama sekali mengembangkan perspektif keilmuan,” tuturnya.
“Saya mengapresasi penerbitan 45 jurnal ilmiah PAI SMP yang diinisiasi oleh Direktorat PAI. Keberadaan Jurnal ini menunjukkan bahwa para Guru PAI adalah juga merupakan warga akademis.”
Dengan launching Jurnal Ilmiah PAI, Dhani berharap agar aspek keberlanjutan dan peningkatan mutu jurnal menjadi perhatian tersendiri.
“Jangan sampai kita punya banyak jurnal, tapi pemanfaatannya hanya untuk kepentingan administratif saja,” pungkasnya. (kemenag)